Virtualisasi jaringan adalah metode yang digunakan untuk menggabungkan sumber daya jaringan komputer ke dalam satu platform, yang dikenal sebagai jaringan virtual. Hal ini dicapai dengan perangkat lunak dan layanan yang memungkinkan berbagi penyimpanan, bandwidth, aplikasi, dan sumber daya jaringan lainnya. Teknologi ini menggunakan metode yang mirip dengan proses virtualisasi yang digunakan untuk mensimulasikan mesin virtual dalam komputer fisik. Jaringan virtual memperlakukan semua perangkat keras dan perangkat lunak dalam jaringan sebagai kumpulan sumber daya tunggal, yang dapat diakses terlepas dari batasan fisik. Secara sederhana, virtualisasi jaringan memungkinkan setiap pengguna yang berwenang untuk berbagi sumber daya jaringan dari satu komputer.
Ada dua bentuk virtualisasi jaringan, eksternal dan internal. Virtualisasi eksternal umumnya menggabungkan beberapa jaringan — atau bagian dari jaringan — menjadi satu entitas virtual. Virtualisasi internal menyediakan berbagi seluruh sistem dan fungsionalitas jaringan lainnya ke wadah perangkat lunak, yang bertindak sebagai lingkungan hosting untuk komponen perangkat lunak jaringan, pada satu sistem fisik. Varietas eksternal adalah metode yang paling umum digunakan untuk membuat jaringan virtual. Vendor yang mendistribusikan alat virtualisasi ini umumnya menawarkan satu atau lain bentuk.
Virtualisasi jaringan bukanlah konsep yang sepenuhnya baru. Faktanya, jaringan pribadi virtual (VPN) telah banyak digunakan oleh administrator jaringan selama bertahun-tahun. Jaringan area lokal virtual (VLAN) juga mewakili variasi umum dari virtualisasi jaringan. Keduanya menjadi contoh bagaimana kemajuan signifikan dalam metode konektivitas komputer memungkinkan jaringan tidak lagi dibatasi oleh garis geografis.
Organisasi dapat menggunakan virtualisasi jaringan karena sejumlah alasan, tetapi banyak yang melakukannya karena memungkinkan penyesuaian dan kemudahan penggunaan jaringan. Virtualisasi dapat menyediakan akses khusus yang memungkinkan administrator mengalokasikan layanan jaringan penting, seperti pembatasan bandwidth dan Quality of Service (QoS). Ini juga dapat memberikan konsolidasi dengan memungkinkan banyak jaringan fisik digabungkan menjadi satu jaringan virtual, memungkinkan manajemen yang disederhanakan dan disederhanakan.
Virtualisasi jaringan memang memiliki beberapa kelemahan. Mungkin yang paling menonjol adalah, mirip dengan virtualisasi server, ia dapat menghasilkan tingkat kerumitan yang lebih tinggi, selain overhead kinerja. Ini juga cenderung membutuhkan keahlian yang lebih tinggi dari administrator jaringan dan pengguna.
Virtualisasi jaringan yang sukses membutuhkan perencanaan yang matang. Ini terutama karena belum digunakan secara luas seperti virtualisasi perangkat keras tradisional, sebuah konsep yang berasal dari tahun 1960-an. Banyak organisasi memilih untuk merencanakan dan mengimplementasikan teknologi secara bertahap, seringkali memutuskan untuk memulai dengan aspek lingkungan TI yang tidak penting. Strategi ini sering digunakan untuk meminimalkan gangguan, dan memungkinkan organisasi untuk menentukan nilai dalam virtualisasi sebelum menerapkannya di seluruh jaringan.