Apa itu Tuli Bawaan?

Tuli kongenital adalah gangguan pendengaran sejak lahir. Istilah tersebut tidak menyiratkan sumber ketulian tertentu, dan penyebabnya tidak terbatas pada faktor genetik. Perawatan untuk tuli kongenital bervariasi tergantung pada penyebab ketulian dan strategi yang diterapkan oleh orang tua dari anak tunarungu tersebut. Ketulian adalah masalah sosial yang kompleks serta ciri fisik, dan kedua masalah ini sering berperan dalam pengobatan tuli bawaan.

Beberapa orang yang terlahir tuli adalah tuli karena kelainan bentuk telinga. Misalnya, displasia Mondini adalah deformasi koklea yang dapat menyebabkan tuli kongenital. Penggunaan obat atau alkohol pada ibu, infeksi rahim, atau kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan ketulian pada bayi. Dalam kasus ini, orang tua dari anak tunarungu mungkin tidak memiliki kerabat tunarungu atau mereka sendiri yang tunarungu.

Banyak anak yang terlahir tuli mewarisi kondisi tersebut dari orang tua mereka. Ada berbagai kondisi yang dapat diturunkan dan menyebabkan ketulian, dan gangguan pendengaran dapat terjadi pada salah satu atau kedua orang tua. Baik gen resesif maupun dominan dapat menyebabkan ketulian, dan ada kemungkinan bahwa kelompok orang tua yang sama dapat menghasilkan anak-anak yang dapat mendengar dan tunarungu.

Perawatan untuk tuli kongenital biasanya lebih berhasil jika dimulai sejak awal kehidupan anak. Implan koklea adalah salah satu kemungkinan untuk mengobati ketulian pada bayi, tetapi ini tidak tersedia untuk orang-orang di banyak bagian dunia, juga bukan tanpa komplikasi. Anak-anak tunarungu bawaan juga dapat diajari bahasa isyarat sejak usia dini, yang dengan sendirinya dapat membekali mereka untuk hidup di dunia pendengaran. Budaya yang berbeda sering kali memiliki program yang berbeda untuk anak tunarungu, yang mungkin termasuk sekolah khusus dan program medis.

Beberapa orang tua tunarungu percaya bahwa memiliki anak yang terlahir tuli secara kongenital lebih baik daripada memiliki anak yang dapat mendengar. Orang tua ini mungkin percaya diri mereka lebih siap untuk membesarkan anak tunarungu daripada anak yang bisa mendengar, meskipun anak-anak yang mendengar juga bisa belajar bahasa isyarat. Beberapa keluarga mencakup banyak generasi anggota tunarungu, dan untuk keluarga ini, membesarkan anak tunarungu mungkin tidak dianggap sebagai masalah medis sama sekali. Meski begitu, pertanyaan apakah orang tua memiliki hak untuk memilih embrio tuli atau menolak untuk mencari pengobatan untuk anak-anak mereka adalah masalah etika yang sangat kontroversial dengan poin valid yang dibuat oleh kedua belah pihak.