Apa itu Trauma Psikologis?

Trauma psikologis menyebabkan cedera emosional pada pikiran akibat peristiwa traumatis, yang dapat terjadi dalam satu saat, atau dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mengatasi stres. Trauma psikologis diobati melalui psikoterapi atau terapi bicara, dan terkadang dengan obat-obatan.

Peristiwa traumatis secara psikologis adalah peristiwa yang menguasai kapasitas seseorang untuk mengelolanya secara emosional, sering kali membuat orang tersebut merasa sangat tidak aman, dikhianati, atau kecewa. Contoh umum adalah penyalahgunaan apapun, kekerasan dalam rumah tangga, atau penyalahgunaan zat yang dicintai, pengalaman tempur, bencana alam, kecelakaan atau keadaan darurat medis, kematian orang yang dicintai, dan kemiskinan jangka panjang. Apakah suatu peristiwa menyebabkan trauma psikologis sebagian tergantung pada orang yang mengalaminya. Apa yang dialami seseorang sebagai traumatis mungkin tidak demikian bagi orang lain.

Gejala trauma psikologis juga bervariasi di antara penderitanya. Beberapa gejala yang mungkin adalah mengalami kembali peristiwa itu dalam pikiran dan tubuh seseorang, kadang-kadang melalui kilas balik atau mimpi buruk, menekan ingatan tentang peristiwa itu, kemarahan atau kesedihan yang intens, pelepasan emosional atau afek yang datar, harga diri rendah, insomnia, dan serangan panik. Gejala dapat dipicu oleh pemicu yang mengingatkan penderita akan peristiwa traumatis, meskipun tidak disadari. Gejala-gejala tersebut menunjukkan berlanjutnya kesulitan pasien untuk mengatasi trauma. Penderita mungkin beralih ke obat-obatan atau alkohol untuk menekan emosi yang terkait dengan peristiwa traumatis, dan sering mengalami kesulitan mengatasi atau mengendalikan emosi mereka dari hari ke hari.

Psikoterapis mengidentifikasi tiga metode untuk mengatasi trauma psikologis: pasif, reaktif, dan proaktif. Respon proaktif adalah upaya untuk menghadapi dan memperbaiki sumber trauma untuk meminimalkan kerusakan psikologis. Sebuah respon reaktif terjadi setelah peristiwa traumatis telah terjadi, dan terdiri dari upaya untuk meminimalkan atau memperbaiki kerusakan yang dihasilkan. Respons pasif merupakan upaya untuk mengabaikan sumber trauma, atau meminimalkan respons emosional seseorang terhadapnya. Respons reaktif lebih mungkin daripada respons proaktif untuk menimbulkan trauma psikologis, dan respons pasif memiliki kemungkinan terbesar menyebabkan efek traumatis yang bertahan lama.

Sementara tiga cara berbeda untuk mengatasi trauma psikologis semuanya merupakan respons alami, seorang pasien yang cenderung merespons secara reaktif atau pasif dapat bekerja untuk mengatasi potensi stresor secara lebih proaktif. Pasien juga dapat bekerja untuk menyembuhkan trauma psikologis dalam diri mereka dengan sengaja mengunjungi kembali peristiwa traumatis di lingkungan yang aman, seperti dengan terapis. Ini mungkin berbentuk sekadar berbicara tentang peristiwa, bermain peran, atau terapi pikiran-tubuh seperti desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR), pengalaman somatik, atau psikoterapi sensorimotor.