Apa Itu Trauma Intubasi?

Profesional medis menggunakan intubasi, proses memasukkan tabung ke dalam perut atau trakea, untuk meningkatkan aliran udara atau saluran udara terbuka, untuk memberikan nutrisi, atau untuk pemberian obat. Trauma intubasi adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan cedera pada hidung, mulut, tenggorokan, lambung, atau struktur endolaring sebagai akibat langsung dari intubasi. Biasanya, trauma intubasi adalah hasil dari penempatan yang tidak tepat dari tabung intubasi, tabung yang dipilih dengan buruk, kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, atau penggunaan intubasi yang berkepanjangan. Cedera dapat berkisar dari peradangan sederhana hingga lesi, perforasi, borok, atau perkembangan nodul.

Dokter dan penyedia layanan kesehatan memilih untuk menggunakan intubasi untuk berbagai situasi kesehatan, termasuk pemberian anestesi rutin atau keadaan darurat medis. Tergantung pada situasi tertentu, seorang profesional medis mungkin memasukkan tabung melalui hidung atau mulut. Selang dapat dimasukkan dari hidung ke trakea, hidung ke perut, mulut ke trakea, atau mulut ke perut. Dalam situasi darurat di mana jalan napas pasien tersumbat karena trauma atau keadaan darurat medis, pasien juga dapat diintubasi melalui sayatan di tenggorokan. Masing-masing metode ini menimbulkan peluang untuk berbagai jenis trauma atau cedera intubasi.

Menurut definisi istilah yang ketat, trauma intubasi adalah luka atau syok pada sistem yang terlibat dalam intubasi. Sementara banyak cedera intubasi memang terjadi selama proses memasukkan tabung ke pasien, beberapa cedera adalah akibat dari penggunaan jangka panjang dari tabung intubasi. Tingkat keparahan cedera tergantung pada penyebabnya. Misalnya, tabung yang ditempatkan dengan buruk dapat menyebabkan lesi pada mukosa di sekitar struktur endolaring atau di saluran hidung. Pemilihan ukuran tabung yang buruk, dan bahkan beberapa jenis tabung, dapat menyebabkan peradangan pada laring dan struktur jaringan lunak lainnya.

Contoh trauma intubasi termasuk perforasi lambung; lesi pada muscosa faring, laring, atau esofagus; perforasi jaringan lunak di leher atau tenggorokan; serta kerusakan pada pita suara. Kekuatan yang berlebihan adalah penyebab paling umum di balik trauma intubasi tersebut. Praktisi yang tidak berpengalaman adalah yang paling mungkin menyebabkan cedera intubasi, terutama yang diakibatkan oleh pemberian pipa secara tidak sengaja melalui saluran esofagus daripada melalui trakea. Pembentukan borok dan nodul dapat terjadi akibat trauma intubasi, menyebabkan masalah pernapasan dan berbicara. Perawatan untuk cedera akibat intubasi bervariasi, tergantung pada penempatan cedera, penyebabnya, dan tingkat keparahannya.