Dalam proses transmisi neuromuskular, saraf mengirimkan sinyal ke serat otot untuk memicu gerakan dan relaksasi. Ini terjadi di tempat yang dikenal sebagai sambungan neuromuskular, karena membentuk titik hubungan antara sistem saraf dan serat otot. Gangguan transmisi neuromuskular dapat menyebabkan kondisi seperti kelumpuhan parsial dan kelemahan otot. Dimungkinkan juga untuk menyebabkan penundaan atau penghentian penularan dengan obat-obatan untuk kegiatan seperti prosedur medis.
Proses ini dimulai dengan sinyal yang berjalan sepanjang saraf, menyebabkan saraf melepaskan asetilkolin ke sambungan neuromuskular. Neurotransmitter bereaksi dengan reseptor di otot dan dengan cepat menghilang. Ini dimetabolisme di dalam tubuh untuk didaur ulang untuk membuat lebih banyak asetilkolin, memberikan pembaruan kimia yang berkelanjutan. Pengiriman dan pemrosesan yang cepat memungkinkan kontrol yang sangat halus, karena saraf dapat dengan cepat pulih dan melepaskan lebih banyak untuk aktivitas otot yang berkelanjutan, atau berhenti mentransmisikan jika tujuan yang diinginkan telah tercapai.
Untuk setiap gerakan tertentu, transmisi neuromuskular dapat terjadi di sepanjang otot, dan dapat melibatkan koordinasi beberapa otot dengan pelepasan asetilkolin yang asimetris. Ini termasuk gerakan sadar, seperti keputusan untuk membuka pintu untuk memasuki ruangan, serta gerakan tidak sadar seperti reaksi refleksif. Ketika lutut dipukul di sudut kanan, misalnya, memicu respons refleks yang sangat cepat yang diakhiri dengan transmisi neuromuskular untuk membuat kaki menendang keluar.
Salah satu gangguan potensial yang melibatkan proses ini disebut myasthenia gravis. Ini adalah salah satu gangguan neuromuskular paling awal yang diidentifikasi dan dipelajari, dan penelitian tentang subjek ini memberikan informasi penting tentang bagaimana transmisi neuromuskular bekerja. Ini menjadi penting tidak hanya untuk pengobatan penyakit, tetapi juga untuk pengembangan blok neuromuskular. Di blok, obat sementara dapat menghentikan transmisi sinyal untuk menginduksi kelumpuhan. Obat paralitik digunakan dalam prosedur seperti pembedahan untuk melindungi keselamatan pasien.
Alat lain yang berguna untuk studi tentang transmisi neuromuskular adalah penggunaan studi knockout pada tikus. Dalam studi knockout, para peneliti “menghancurkan” gen tertentu, menghentikan ekspresinya. Ini memungkinkan mereka untuk mengetahui apa yang dilakukan gen, dan bagaimana organisme beradaptasi ketika tidak lagi berfungsi. Karena fisiologi tikus mirip dengan manusia dalam hal transmisi neuromuskular, mempelajari penyakit pada tikus dapat menawarkan wawasan tentang cara mengobati manusia secara efektif. Penelitian genetik terkontrol dengan studi knockout dapat membantu peneliti menentukan dengan tepat gen mana yang melakukan apa.