Apa itu Tortikolis Spasmodik?

Tortikolis spasmodik adalah jenis gangguan neurologis di mana otot leher berkontraksi tanpa sadar, menyebabkan kepala tersentak atau miring. Banyak faktor yang dapat menyebabkan tortikolis spasmodik, termasuk cacat bawaan, reaksi obat yang merugikan, dan trauma langsung pada kepala dan leher. Seseorang dengan kondisi tersebut kemungkinan akan mengalami nyeri kronis dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, seperti membaca dan mengemudi. Tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan gejala, dokter dapat memutuskan untuk meresepkan obat, menyuntikkan toksin botulinum ke otot yang terkena, atau menyarankan operasi korektif.

Juga disebut distonia serviks, tortikolis spasmodik melibatkan kontraksi satu atau lebih otot di leher. Otot dapat menegang seketika dan menyentak kepala ke samping, atau secara bertahap menjadi lebih dan lebih menyempit, meninggalkan kepala miring ke depan, ke belakang, atau ke arah satu bahu. Seseorang dengan kondisi tersebut tidak dapat menggerakkan leher kembali ke posisi semula tanpa ketidaknyamanan yang serius. Adalah umum bagi seseorang untuk menderita sakit kepala dan nyeri kronis yang menyebar melalui bahu dan lengan. Beberapa orang juga mengalami tremor lengan, mual, dan kelelahan.

Seseorang dapat terkena spasmodik tortikolis pada usia berapa pun, dan penyebab pastinya seringkali sulit untuk diidentifikasi. Tortikolis kongenital biasanya merupakan akibat dari cedera leher yang terjadi di dalam rahim atau selama kelahiran. Di kemudian hari, seseorang mungkin mengalami trauma langsung, infeksi parah, atau efek samping dari obat antidepresan atau antipsikotik tertentu. Beberapa orang dengan kondisi ini ditemukan memiliki kadar racun yang sangat tinggi dalam darah mereka, seperti karbon monoksida dan timbal. Selain itu, tumor di otak atau tulang belakang dapat menyebabkan tortikolis jika menekan saraf penting di daerah tersebut.

Tortikolis spasmodik biasanya dapat didiagnosis setelah pemeriksaan fisik yang cermat. Seorang dokter mungkin melakukan tes darah untuk memeriksa racun dan infeksi. Pemindaian tomografi terkomputerisasi dapat dilakukan untuk mencari tanda-tanda trauma atau kemungkinan tumor. Relaksan otot, antibiotik, dan pereda nyeri seringkali dibutuhkan untuk meredakan gejala. Seorang dokter dapat memutuskan untuk memberikan suntikan toksin botulinum untuk melumpuhkan otot yang terkena secara efektif dan mencegah kontraksi di masa depan.

Pembedahan mungkin diperlukan jika tumor ganas ditemukan. Sebuah tim ahli bedah yang terampil dapat mengekstrak tumor, yang cenderung segera meredakan tekanan pada saraf dan otot. Kemoterapi lanjutan dan perawatan radiasi mungkin diperlukan jika kanker kembali atau mulai menyebar. Setelah segala jenis pengobatan untuk spasmodik tortikolis, pasien harus menjadwalkan pemeriksaan rutin dengan dokternya untuk memantau masalah kesehatan.