Torsi testis adalah kondisi medis darurat di mana satu testis berputar di dalam skrotum, sehingga memotong suplai darahnya. Testis yang terkena cenderung membengkak dan menyebabkan rasa sakit yang parah. Kondisi ini berpotensi terjadi pada pria dari segala usia, tetapi kemungkinan besar terlihat pada masa bayi atau remaja karena tingginya tingkat perubahan perkembangan dalam sistem reproduksi. Seseorang yang mengalami torsio testis harus segera dievaluasi dan dirawat oleh personel ruang gawat darurat untuk mencegah hilangnya fungsi testis secara permanen.
Testis menerima darah dan mengeluarkan sperma melalui bagian tali yang disebut tabung sperma. Ketika testis berputar, itu dapat menyebabkan tabung sperma tertekuk dan akibatnya menghentikan aliran darah. Torsi testis kadang-kadang dapat terjadi karena cedera olahraga akut atau peristiwa traumatis lainnya, tetapi sebagian besar kasus muncul secara tidak terduga. Dokter telah mengidentifikasi gen tertentu yang dapat diwariskan yang mempengaruhi stabilitas testis, membuat beberapa orang lebih rentan terhadap torsi testis daripada yang lain.
Gejala umum torsi testis termasuk pembengkakan lokal pada satu sisi skrotum, nyeri tajam, dan nyeri tekan. Seseorang juga bisa menjadi pusing dan mual saat rasa sakit meningkat. Sangat penting untuk mencari perawatan segera ketika mengalami nyeri testis tiba-tiba untuk menemukan gejala yang hilang dan mendapatkan perawatan yang tepat.
Ahli urologi ruang gawat darurat biasanya dapat mendiagnosis torsio testis dengan menanyakan pasien tentang gejala dan memeriksa skrotum secara fisik. Dokter mungkin memutuskan untuk mengumpulkan sampel darah dan urin dan melakukan tes pencitraan diagnostik untuk menyingkirkan penyebab lain dari nyeri testis, seperti infeksi atau tumor. Setelah memastikan diagnosis, ahli urologi biasanya mengatur operasi segera.
Selama prosedur korektif, ahli bedah yang terampil memotong skrotum, mengidentifikasi area puntiran, dan secara manual membuka tabung sperma. Dia kemudian jahitan, atau jangkar, testis ke dinding skrotum untuk mengurangi kemungkinan episode berulang. Dokter bedah biasanya akan menambatkan testis yang tidak terpengaruh selama prosedur serta tindakan pencegahan.
Ketika kondisi ini diobati dalam waktu sekitar enam jam setelah timbulnya gejala, prognosisnya biasanya sangat baik. Menunggu lebih dari enam jam untuk menerima perawatan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan di saluran sperma, yang dapat menyebabkan kemandulan. Kasus torsio testis yang tidak diobati dapat menyebabkan kematian jaringan di dalam dan di sekitar testis, sehingga memerlukan operasi untuk mengangkatnya sepenuhnya. Pasien biasanya dapat kembali melakukan aktivitas fisik, termasuk seks, dalam waktu tiga bulan setelah prosedur berhasil.