Titik kritis adalah saat di mana sesuatu menjadi tidak dapat diubah dan tidak dapat dihentikan. Titik kritis terjadi karena momentum menumpuk, seringkali secara perlahan dan tanpa suara, hingga titik di mana tidak mungkin untuk kembali ke keadaan sebelumnya. Konsep titik kritis telah dibahas dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk sosiologi, ekonomi, dan epidemiologi, dan sejumlah teori telah dikemukakan tentang titik kritis dan cara kerjanya.
“Tipping point” dalam pengertian tren sosial menjadi topik yang sangat menarik setelah diterbitkannya buku oleh Malcolm Gladwell, seorang jurnalis yang meminjam konsep dari epidemiologi untuk mengilustrasikan teorinya. Gladwell melihat titik kritis sebagai momen “massa kritis”, ketika tren, ide, atau konsep menjadi raksasa, dan dia memiliki beberapa teori yang sangat spesifik tentang bagaimana titik kritis tercipta.
Menurut Gladwell, sebuah peristiwa kecil dapat menciptakan efek riak, dengan asumsi bahwa peristiwa tersebut mempengaruhi orang yang tepat. Teori titik kritisnya menunjukkan bahwa orang-orang tertentu jelas lebih berpengaruh dalam masyarakat, dan bahwa ketika orang-orang ini mengadopsi gaya atau tren baru, mereka dapat dengan cepat memicu peristiwa titik kritis. Misalnya, jika beberapa trendsetter di Paris mulai mengenakan mantel merek tertentu, gaya tersebut akan diambil oleh pengikut mode yang cerdik, dan akhirnya oleh masyarakat umum, yang menyebabkan ledakan penjualan untuk produk tersebut.
Titik kritis bukan hanya tentang fashion. Mereka dapat melibatkan tren ekonomi, peristiwa sosiologis, atau bahkan lingkungan. Belajar mengidentifikasi titik kritis sangat penting dalam dunia pemasaran, di mana orang ingin tetap mengikuti tren dan ide yang muncul sehingga mereka dapat menargetkan pasar yang tepat pada waktu yang tepat dengan produk tertentu. Ini juga dapat menjadi penting bagi pemerintah, karena kemampuan untuk mengidentifikasi titik tidak bisa kembali akan memungkinkan pemerintah untuk menghentikan situasi serius sebelum menjadi tidak dapat diubah.
Gerakan sosial radikal seringkali didorong oleh titik kritis yang menyatukan mayoritas rakyat dalam upaya menciptakan perubahan, seperti misalnya dalam berbagai perjuangan revolusioner sepanjang sejarah. Tren lingkungan yang merusak juga melibatkan titik kritis, yang mungkin berkisar pada kebijakan lingkungan, praktik standar dalam industri tertentu, dan persepsi publik tentang lingkungan. Manusia cenderung bergerak dan berpikir secara kolektif ketika cukup banyak manusia yang telah menganut suatu konsep, menjadikan pencapaian titik kritis untuk segala hal mulai dari mengatasi rasisme hingga mencegah keruntuhan ekonomi.