Tes napas adalah prosedur pengujian medis yang mengukur dan mendiagnosis penyakit dengan menganalisis udara yang dikeluarkan dari paru-paru. Ada beberapa jenis tes napas yang umum, termasuk breathalyzers, tes oksida nitrat yang dihembuskan, tes napas hidrogen, dan tes napas urea. Dengan masing-masing prosedur ini, napas yang dikeluarkan pasien selama pernafasan diperiksa menggunakan alat diagnostik khusus, memungkinkan berbagai penyakit — termasuk asma, penyakit diet, dan penyakit tukak lambung — untuk dipantau dan diidentifikasi.
Dokter Yunani kuno Hippocrates adalah salah satu sarjana pertama yang mengakui hubungan antara napas dan kesehatan. Hippocrates menyimpulkan bahwa bau mulut bisa menjadi indikasi penyakit. Ide perintis ini meletakkan dasar bagi studi pernapasan yang berlangsung selama beberapa abad berikutnya, mencapai puncaknya pada 1970-an. Saat itulah Linus Pauling, seorang ahli kimia pemenang Hadiah Nobel, menemukan 250 bahan kimia dalam napas manusia. Sejak itu, penelitian terus berlanjut, dan hampir 1000 bahan kimia telah berhasil diidentifikasi.
Bahan kimia inilah yang dianalisis selama tes napas. Seorang pasien bernapas ke dalam unit pengujian, biasanya melalui tabung kecil, dan sampel napas dikumpulkan dan dikirim untuk pemeriksaan. Banyak tes napas dilakukan dalam waktu yang sangat singkat — sekitar 5–15 menit — dan merupakan prosedur non-invasif.
Breathalyzer adalah jenis tes napas yang paling dikenal. Mesin ini menentukan kandungan alkohol dalam darah seseorang melalui analisis nafas. Breathalyzer biasanya digunakan oleh penegak hukum untuk mengekang mengemudi dalam keadaan mabuk, meskipun mereka juga dijual untuk digunakan di rumah.
Dalam tes oksida nitrat yang dihembuskan, tes napas sering dilakukan untuk menentukan tingkat oksida nitrat (eNO) yang dihembuskan dalam darah. Telah ditetapkan bahwa kadar eNO meningkat pada individu dengan asma. Tes eNO dapat memberikan informasi berharga untuk membuat diagnosis medis definitif asma. Penyakit lain yang dapat diidentifikasi dengan tes eNO termasuk peradangan saluran napas dan masalah pernapasan lainnya.
Tes napas hidrogen digunakan untuk menentukan defisiensi dalam diet dan mendiagnosis penyakit terkait diet. Penyakit yang paling umum diidentifikasi dengan metode pengujian ini adalah intoleransi laktosa, intoleransi fruktosa dan malabsorpsi, dan sindrom pertumbuhan berlebih bakteri usus kecil. Temuan ini disimpulkan dengan mempelajari tingkat hidrogen, metana, dan gas lainnya dalam napas.
Tes napas yang dikenal sebagai tes napas urea dapat mendeteksi organisme Helicobacter pylori (H. pylori), yang menggerakkan proses yang dapat menyebabkan pencemaran lapisan perut, atau tukak lambung. Tes membaca kadar karbon dioksida dalam tubuh, yang membantu mengidentifikasi keberadaan H. pylori. H. pylori adalah masalah medis yang serius dan menyebabkan setengah juta diagnosis kanker perut baru setiap tahun.