Apa itu Tes Detektor Kebohongan?

Tes pendeteksi kebohongan, juga disebut tes poligraf, adalah jenis pemeriksaan yang dirancang untuk mengungkap perilaku yang tidak benar atau menipu dengan menggunakan instrumen untuk mengukur respons seseorang terhadap pertanyaan pemeriksa. Sebagian besar tes pendeteksi kebohongan bekerja dengan menempelkan beberapa sensor ke tubuh seseorang. Saat orang tersebut menjawab pertanyaan pemeriksa, sensor merekam sinyal pada selembar kertas bergerak. Sinyal mengukur perubahan respons fisiologis ketika subjek ditanyai pertanyaan tertentu. Perubahan ini dicatat pada grafik, yang kemudian dianalisis oleh pemeriksa.

Secara umum, tes pendeteksi kebohongan merekam data fisiologis dari beberapa sistem dalam tubuh seseorang. Sebagian besar tes mencatat pernapasan, keringat, dan denyut nadi seseorang. Beberapa sistem pendeteksi kebohongan merekam tekanan darah serta gerakan lengan dan hukum. Analisis tekanan suara biasanya bukan bagian dari tes pendeteksi kebohongan.

Perubahan substansial dalam respons sensorik seseorang biasanya menunjukkan bahwa orang tersebut berbohong. Misalnya, jika detak jantung seseorang meningkat ketika pemeriksa mengajukan pertanyaan tertentu, sensor akan mengambilnya dan merekamnya pada grafik. Pemeriksa mencatat varians ini ketika menganalisis grafik. Pemeriksa yang telah memiliki banyak pelatihan dan pengalaman umumnya mampu menangkap tanda-tanda kebohongan dengan tingkat presisi yang tinggi.

Tes pendeteksi kebohongan sering digunakan oleh aparat penegak hukum selama pemeriksaan tersangka kriminal. Pengusaha swasta terkadang juga menggunakan sistem pendeteksi kebohongan saat merekrut calon karyawan. Misalnya, beberapa lembaga pemerintah, seperti Central Intelligence Agency (CIA) di Amerika Serikat, mewajibkan karyawan tertentu untuk menjalani tes pendeteksi kebohongan sebagai syarat kerja.

Tes pendeteksi kebohongan terbukti tidak dapat diandalkan. Karena tes merekam respons tubuh, tes itu dapat dimanipulasi sampai batas tertentu. Misalnya, seseorang mungkin menggunakan obat penenang untuk mengurangi reaksi saraf sebelum mengikuti tes. Subjek bahkan mungkin menggigit area tertentu dari mulutnya untuk menghasilkan respons fisiologis yang stabil terhadap pertanyaan dan untuk mencegah mesin mendeteksi perubahan tanda-tanda vital.

Dalam beberapa keadaan, tes pendeteksi kebohongan dapat menyebabkan hasil yang salah. Misalnya, seseorang yang rentan terhadap kecemasan mungkin sangat gugup selama pengujian dan dengan demikian mengubah hasil. Cara penguji mengajukan pertanyaan juga dapat menyebabkan kesalahan. Selain itu, cara pemeriksa menafsirkan hasil tes pendeteksi kebohongan bersifat subjektif dan dapat menyebabkan beberapa ketidakakuratan.