Apa itu Terapi Rekonstruksi?

Terapi rekonstruktif adalah terapi non-bedah untuk nyeri sendi dan degenerasi. Ini melibatkan injeksi campuran nutrisi ke dalam sendi untuk mendorong pertumbuhan kembali ligamen dan jaringan ikat lainnya, dengan tujuan menstabilkan sendi. Terapi ini biasanya diklasifikasikan sebagai terapi alternatif atau komplementer, dan paling sering ditawarkan oleh dokter osteopathic, meskipun dokter allopathic terkadang mempertimbangkannya sebagai pilihan pengobatan.

Dipraktekkan sejak tahun 1920-an, terapi rekonstruktif bergantung pada stimulasi jaringan ikat tubuh untuk tumbuh. Ini juga dikenal sebagai proliferatif atau proloterapi, mengacu pada gagasan bahwa itu mendorong jaringan ikat untuk berkembang biak di tempat suntikan. Praktisi dapat menawarkan suntikan di mana saja di tubuh, meskipun perawatan ini sering direkomendasikan khusus untuk nyeri punggung bawah dan nyeri pinggul.

Sebelum terapi rekonstruktif dapat digunakan, pemeriksaan pasien secara menyeluruh harus dilakukan di mana dokter meraba sendi, menentukan rentang gerak yang tersedia untuk pasien, dan mewawancarai pasien tentang riwayat kesehatannya. Studi pencitraan medis digunakan untuk mempelajari lebih lanjut tentang tingkat kerusakan pada sendi dan penyebabnya. Jika dokter merasa bahwa pasien adalah kandidat yang baik, serangkaian suntikan akan dilakukan, dengan studi pencitraan berulang secara berkala untuk memantau kemajuan di lokasi. Penting untuk mengatasi penyebab yang mendasari degenerasi sendi dalam proses pengobatannya.

Tujuan terapi rekonstruktif adalah untuk menstabilkan dan memperkuat sendi. Orang dapat menjadi kandidat jika mereka memiliki kondisi sendi degeneratif yang menyebabkan kerusakan ligamen dan jaringan ikat lainnya, dan setelah cedera olahraga yang merusak atau memar jaringan ikat di sekitar sendi. Ada risiko pada teknik injeksi ini, seperti memasukkan isi jarum suntik ke area yang tidak diinginkan atau menyebabkan infeksi di tempat suntikan. Prosedur harus dilakukan oleh dokter yang telah terlatih dalam terapi rekonstruktif.

Dokter dapat mendorong pasien mereka untuk menggunakan peregangan dan teknik lain saat menjalani terapi rekonstruktif. Latihan seperti yoga juga dapat memperkuat persendian dan membantu pasien mengembangkan stabilitas lebih. Sangat penting untuk secara perlahan membangun kekuatan pada sendi untuk menghindari cedera akibat bekerja terlalu keras atau tegang. Terapis fisik atau pelatih pribadi dapat bekerja dengan pasien untuk mengembangkan rejimen latihan yang aman yang akan membangun kembali sendi tanpa menekankannya sebelum benar-benar sembuh.