Teori retoris adalah teori yang mengkaji retorika dalam hal implikasi dan efek linguistik, kognitif, budaya, dan filosofisnya. Ada banyak cabang teori retorika yang berbeda, tetapi semuanya disatukan oleh fokus mereka pada retorika itu sendiri dan cara-cara di mana itu dapat digunakan dan diterapkan pada situasi yang berbeda. Kajian teori retorika pertama yang tercatat berasal dari Yunani kuno, di mana para filsuf membagi retorika menjadi logos, pathos, dan ethos. Membedakan antara teori retorika dan retorika itu sendiri bisa jadi sulit, tetapi perbedaan utamanya adalah bahwa teori retorika lebih mementingkan efek retorika daripada praktiknya.
Perbedaan paling sederhana dalam retorika dan teori retorika adalah pathos, ethos, dan logos. Perbedaan-perbedaan ini pada dasarnya adalah cara-cara di mana retorika bertujuan untuk membujuk orang-orang yang mendengarkannya. Pathos berfokus pada cara pembicara dapat menarik emosi. Etos berfokus pada daya tarik yang dirasakan dari karakter atau keahlian seseorang. Logos adalah studi tentang logika, dan mencakup bagaimana argumen dapat didekonstruksi dan dibuat.
Siswa teori retorika terutama prihatin dengan bagaimana berbagai keterampilan dalam retorika mempengaruhi pendengar atau pembaca. Pathos adalah proses menarik emosi, dan dapat dianalisis secara linguistik. Kata-kata yang digunakan retorika untuk membahas suatu subjek bisa netral secara emosional atau bermuatan emosional. Misalnya, sebuah peristiwa dapat digambarkan sebagai “peristiwa kebetulan dengan konsekuensi yang tidak menguntungkan” atau “sebuah parodi, lahir dari pemerintah yang tidak peduli dan pengabaian yang sembrono sehubungan dengan keselamatan publik.” Sementara dua pernyataan ini mungkin membahas masalah yang sama, yang terakhir menggunakan istilah emosional seperti “meninggalkan sembrono” untuk menarik emosi pendengar.
Etos adalah salah satu area di mana pembicara bertujuan untuk membangun superioritas moral atau intelektual karena pengalaman atau karakter masa lalu mereka. Efek yang dimiliki seseorang dengan superioritas moral, seperti pekerja amal, terhadap audiens bisa sangat berbeda dari yang akan dimiliki oleh seorang pembunuh yang dihukum. Politisi biasanya mencoba menggunakan etos untuk menambah nilai pada apa yang mereka perdebatkan, karena karakter pembicara mempengaruhi persepsi audiens tentang apa yang dikatakan. Inilah sebabnya mengapa sering terjadi kehilangan dukungan jika seorang politisi terjerat skandal.
Aspek utama terakhir dari teori retorika adalah logos, atau logika. Tujuan logika adalah untuk membangun atau mendekonstruksi argumen berdasarkan garis penalaran di belakangnya. Dalam banyak hal, logika tanpa cacat dapat memiliki efek mendalam pada pemahaman kognitif pendengar tentang apa yang dikatakan. Demikian pula, logika yang salah, yang diidentifikasi dengan benar oleh lawan, dapat berdampak negatif pada pendapat pendengar tentang argumen yang diajukan. Menariknya, logika bertujuan hampir secara khusus untuk menghilangkan semua lapisan informasi yang tidak relevan yang dihasilkan oleh pathos dan etos.