Teori nilai tenaga kerja adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa nilai suatu produk sepenuhnya bergantung pada jumlah tenaga kerja yang dimasukkan ke dalam pembuatan produk itu. Teori ini pertama kali dianut oleh filsuf Yunani Aristoteles dan kemudian menjadi prinsip utama teori ekonomi Karl Marx, filsuf Jerman yang pandangannya mengilhami sosialisme dan komunisme. Menurut teori nilai kerja, pekerjaan yang dilakukan untuk menciptakan suatu produk menentukan nilainya dan, menurut Marx, setiap keuntungan yang diperoleh dari produk tersebut harus dikembalikan kepada para pekerja. Teori ini tidak lagi disukai di zaman modern, karena para pencela mengklaim bahwa teori ini mengambil pandangan naif tentang realitas ekonomi dan sosial.
Untuk memberikan saran tentang bagaimana meningkatkan ekonomi yang ada, para ekonom telah lama mempelajari dasar-dasar bagaimana produk dibuat dan dijual. Beberapa percaya bahwa suatu produk memiliki nilai intrinsik tertentu yang tetap tidak berubah. Yang lain merasa bahwa penduduk suatu masyarakat menentukan nilai suatu produk dengan menciptakan pasar untuknya melalui pembelian dan penjualannya. Teori nilai kerja berpandangan bahwa jumlah kerja dan waktu yang dibutuhkan oleh kerja itu untuk menghasilkan suatu barang menentukan nilai akhirnya.
Misalnya, satu produk mungkin memerlukan empat pekerja yang bekerja selama empat jam untuk menyelesaikannya. Produk itu, menurut teori nilai kerja, akan memiliki nilai lebih daripada produk yang dapat dibuat oleh satu orang yang bekerja hanya selama satu jam. Aristoteles pertama kali membuat klaim ini, dan karyanya kemudian diambil oleh ekonom klasik lainnya.
Marx menggunakan teori nilai kerja sebagai dasar keluhannya terhadap kapitalisme. Ia merasa bahwa setiap keuntungan yang diperoleh dari produksi harus dikembalikan kepada para pekerja, karena usaha merekalah yang menghasilkan nilai mereka. Misalnya, sebuah produk yang membutuhkan $100 dolar AS bahan mentah untuk diproduksi di pabrik dan kemudian dijual seharga $500 USD menghasilkan nilai lebih $400, seperti yang disebut Marx. Nilai lebih ini menurut pandangan Marx adalah milik kaum buruh, tetapi pada kenyataannya biasanya dimiliki oleh para pemilik pabrik yang mempekerjakan kaum buruh.
Orang-orang yang menyangkal keabsahan teori nilai kerja menunjuk pada apa yang mereka anggap sebagai kekurangan dalam hal penerapan ekonominya yang realistis. Para pencela ini mengklaim bahwa jika semua keuntungan diberikan kepada para pekerja, tidak akan ada insentif bagi investor untuk menanamkan modal dalam produk baru apa pun. Selain itu, mereka mengklaim bahwa teori tersebut mengabaikan fakta bahwa beberapa produk, seperti berlian, jauh lebih berharga bagi konsumen daripada produk lain yang membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha untuk diproduksi.