Secara garis besar, teologi trinitarian adalah setiap teologi Kristen yang menerima doktrin bahwa Allah adalah “tritunggal”, atau tiga wujud dalam satu. Bapa, Putra, dan Roh Kudus, menurut teologi trinitarian, adalah tiga makhluk abadi yang terpisah, tetapi satu di alam. Doktrin ini berakar pada sejarah gereja yang sangat awal, tetapi tidak memiliki penerimaan universal di antara orang-orang Kristen. “Teologi Trinitas” juga dapat merujuk secara khusus pada gerakan-gerakan yang dimulai pada abad ke-20 yang memandang doktrin Trinitas sebagai doktrin inti dari kepercayaan dan praktik Kristen.
Doktrin Trinitas disistematisasikan pada Konsili Nicea Pertama pada tahun 325 M sebagai upaya untuk menangani berbagai doktrin mengenai hubungan antara Yesus dan Tuhan. Yang paling menonjol dari doktrin-doktrin ini adalah Arianisme, yang menegaskan bahwa Yesus adalah sesuatu di antara manusia dan ilahi, tetapi tidak berbagi dalam sifat ilahi Allah. Salah satu hasil penting dari Konsili Nicea pertama adalah apa yang kemudian dikenal sebagai Pengakuan Iman Nicea, yang menegaskan keilahian dan kesatuan dari ketiga pribadi Trinitas dan dibacakan sebagai bagian dari liturgi dari banyak kebaktian Kristen.
Meskipun trinitarianisme secara historis telah menjadi sudut pandang dominan dari cabang-cabang utama Kekristenan, banyak tradisi teologis menolaknya karena satu dan lain alasan. Kritik paling umum yang dilontarkan terhadap teologi trinitarian adalah bahwa ia tidak sepenuhnya monoteistik, artinya adalah kontradiksi logis untuk mengatakan bahwa ada satu Tuhan, sementara juga mengatakan bahwa Tuhan adalah tiga pribadi. Akan tetapi, kaum Trinitarian menanggapi bahwa klaim bahwa ketiga pribadi itu merupakan satu makhluk membuat doktrin mereka monoteistik.
Teologi trinitarian juga dikritik oleh beberapa orang, terutama kaum evangelikal konservatif, karena tidak alkitabiah baik dalam terminologinya maupun dalam kesimpulannya. Tidak ada kata yang digunakan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang dapat diterjemahkan sebagai “Tritunggal”, dan Alkitab juga tidak mengajarkan secara eksplisit tentang kepribadian para anggota Trinitas. Kaum konservatif mungkin berargumen bahwa penggunaan istilah non-Alkitab tentu akan mengarah pada doktrin non-Alkitab, tetapi kaum trinitarian percaya ada cukup dukungan alkitabiah untuk membenarkan mereka menggunakan istilah-istilah tersebut.
Sejumlah teori alternatif telah diajukan untuk mengatasi kelemahan yang dirasakan dari teologi trinitarian. Misalnya, teologi Unitarian menegaskan bahwa Yesus adalah seorang nabi dan mungkin sejenis makhluk supernatural, tetapi bukan Tuhan. Pentakosta Keesaan, di sisi lain, berpendapat bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus bukanlah tiga pribadi yang terpisah, melainkan tiga peran berbeda yang dimainkan oleh orang yang sama.
Istilah “Teologi Trinitas”, yang sering menggunakan huruf kapital ketika digunakan dalam pengertian ini, mungkin juga merujuk pada pandangan bahwa doktrin trinitas tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan Kristen lainnya. Para teolog dan gerakan yang berpegang pada pandangan ini melihat Trinitas sebagai sarana yang dengannya Allah datang ke bumi, dan oleh karena itu sarana yang dengannya manusia diselamatkan. Salah satu gerakan tersebut adalah Gereja Internasional Persekutuan Kasih Karunia.