Apa itu Teologi Filsafat?

Teologi filosofis adalah disiplin akademis yang menerapkan metode filsafat pada konsep-konsep teologis, terutama tetapi tidak secara eksklusif kepercayaan Kristen. Ini dapat dianggap sebagai cabang filsafat agama, tetapi dengan penekanan pada doktrin-doktrin tertentu. Disiplin teologi sering berbicara dalam istilah-istilah yang metaforis atau bahkan mistis, tetapi teologi filosofis berusaha untuk memperjelas istilah-istilah ini dengan cara yang lebih sesuai dengan klaim filosofis atau empiris yang ketat.

Peran teologi filosofis dalam beberapa hal menjembatani kesenjangan antara filsafat agama dan teologi sistematika. Filsafat agama berusaha untuk mengatasi masalah filosofis atau metafisik, seperti apakah rasional untuk percaya pada Tuhan, apa yang dikatakan keberadaan yang baik dan yang jahat tentang Tuhan, dll. Teologi sistematika sering mengandaikan keberadaan Tuhan – bahkan jika teolog tidak benar-benar percaya pada Tuhan — dan mengerjakan berbagai implikasi dari itu atau doktrin lainnya. Teologi filosofis, di sisi lain, menggunakan pendekatan sistematis filsafat agama, tetapi menerapkannya pada doktrin-doktrin yang ditetapkan oleh para teolog sistematika.

Sebagai contoh, banyak teolog sistematika selama berabad-abad berpegang pada doktrin teologi trinitarian, yaitu kepercayaan bahwa Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus adalah tiga wujud dalam satu. Namun, yang lain mungkin mengklaim bahwa teologi trinitarian melanggar hukum non-kontradiksi. Itu berarti secara inheren tidak logis untuk mengklaim bahwa Tuhan dapat menjadi satu dan tiga pada saat yang sama. Sementara teolog sistematis atau praktis mungkin membahas masalah ini dalam istilah metaforis, teolog filosofis mungkin berusaha menggunakan cara logis atau empiris untuk membuktikan atau menyangkal kelayakan logis dari trinitarianisme.

Para kritikus teologi filosofis secara luas dapat dibagi menjadi mereka yang menentang hiper-rasionalitasnya dan mereka yang mengklaimnya gagal untuk menangani aspek-aspek praktis agama. Bahasa agama dan teologi secara historis bersifat mistik, seperti terlihat dalam doktrin-doktrin seperti trinitarianisme atau transubstansiasi, yaitu kepercayaan bahwa roti dan anggur persekutuan secara harfiah diubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Menurut para pengkritiknya, upaya teologi filosofis untuk menjelaskan doktrin-doktrin ini dalam istilah empiris yang ketat tidak bermanfaat bagi misteri yang melekat pada doktrin Kristen. Beberapa teolog Kristen liberal lebih lanjut mengkritik metode teologi ini karena begitu abstrak sehingga tidak berhubungan dengan isu-isu keagamaan praktis, seperti keadilan sosial atau keyakinan aktual para penganut agama.