Sebuah teleskop refraktor, adalah salah satu yang dan menggunakan lensa kaca untuk mengumpulkan cahaya bukan cermin, yang digunakan dalam teleskop reflektor. Lensa ini, juga dikenal sebagai objektif, bisa dibilang merupakan bagian terpenting dari teleskop karena kualitasnya akan menentukan kualitas perbesaran keseluruhan, dan gambar yang dapat dilihat yang dihasilkan. Kebanyakan orang yang memiliki teleskop yang disimpan di loteng akan menemukan bahwa itu adalah teleskop refraktor.
Teleskop refraktor lebih kecil dari reflektor, karena mereka mampu memfokuskan lebih banyak cahaya ke area yang lebih kecil. Keuntungan ukuran ini membuatnya lebih mudah untuk disimpan dan diangkut daripada reflektor yang jauh lebih besar. Hal ini membuat mereka populer untuk dijual di department store dan sejenisnya.
Teleskop refraktor bekerja dengan cara membengkokkan, yaitu pembiasan, cahaya. Sebuah objektif kaca melengkung ditemukan di salah satu ujung teleskop. Cahaya dari objek yang dilihat masuk ke objektif, dan dibelokkan ke dalam tabung teleskop. Cahaya akhirnya dipantulkan ke atas oleh cermin di ujung tabung yang lain. Cermin menyinari gambar menjadi lensa mata untuk dilihat.
Ada beberapa karakteristik teleskop refraktor yang membuatnya lebih menarik daripada reflektor bagi mereka yang baru mengenal bintang. Optik lebih kecil kemungkinannya untuk bergeser daripada cermin pada reflektor, suatu kejadian yang menyebabkan ketidaksejajaran dan pengaburan objek. Reflektor perlu “berkolimasi,” atau diselaraskan kembali, dengan hampir setiap penggunaan, dan kadang-kadang bahkan selama penggunaan saat suhu berubah. Refraktor tidak memerlukan kalibrasi oleh pengguna sama sekali. Teleskop pemantul terbuka di salah satu ujungnya, yang berarti bahwa lensa objektif dapat menjadi kotor dan harus dibersihkan secara teratur, suatu proses yang dapat membahayakan cermin mahal jika tidak dilakukan dengan benar. Teleskop refraktor memiliki tabung tertutup, yang berarti tidak dapat mengumpulkan kotoran dan debu di bagian dalam, dan karenanya tidak memerlukan pembersihan internal.
Refraktor memang memiliki kelemahan, terutama bagi mereka yang memiliki pengetahuan astronomi yang lebih maju. Mereka tunduk pada sejumlah anomali cahaya, yang paling bermasalah adalah chromatic aberration, distorsi yang menyebabkan pelangi cahaya di sekitar objek yang dilihat. Teleskop refraktor mengalami kesulitan menangkap jenis cahaya tertentu, terutama sinar ultraviolet, yang tidak dapat melewati objektif. Semakin besar teleskop, semakin jelas masalah ini. Hal ini membuat teleskop refraktor tidak praktis digunakan untuk penelitian yang serius. Secara umum, refraktor paling cocok untuk pengamatan planet dan bulan oleh para astronom amatir.