Teater Keterasingan, juga disebut teater epik atau teater dialektis, adalah bentuk teater yang didasarkan pada prinsip penggunaan pertunjukan langsung sebagai sarana komentar sosial dan politik. Bertolt Brecht, seorang penulis drama Jerman, dikreditkan dengan menggabungkan tradisi teater masa lalu untuk sampai pada konsep Teater Keterasingan. Hal ini sering digambarkan sebagai anti-realisme, karena tidak berusaha menggambarkan kehidupan apa adanya, melainkan menggunakan media teater untuk menyajikan argumen dan ide-ide sosial.
Konsep kohesif teater epik muncul melalui karya Bertolt Brecht. Dalam dramanya, ia berusaha untuk secara paksa mengingatkan penonton bahwa mereka sedang menonton pertunjukan. Berbeda dengan penangguhan ketidakpercayaan yang terkait dengan drama realistis, Brecht tidak pernah ingin penonton percaya bahwa mereka selaras secara emosional dengan karakter. Dengan melanggar konvensi, seperti meminta aktor berbicara langsung kepada penonton, Brecht menciptakan apa yang disebut “efek keterasingan.” Hal ini memungkinkan penonton untuk melihat drama dari sudut pandang kritis, bukan emosional.
Brecht dan pendukung lainnya percaya bahwa konsep kunci Teater Keterasingan adalah bahwa penonton memandang drama itu secara kritis. Berbeda dengan sistem realisme Stanislavski, drama alienasi berusaha menghancurkan segala kemungkinan pelarian. Alih-alih menyerahkannya kepada penonton untuk memahami apa motivasi karakter untuk bertindak, Theater of Alienation mencoba membuat pilihan mereka eksplisit dan vokal. Karakter sering menyebutkan hal-hal lain yang mereka pilih untuk tidak dilakukan sehingga mereka dapat melakukan tindakan tertentu. Teknik akting dan penulisan ini berusaha untuk mencegah asumsi tentang kemanusiaan karakter. Teater jenis ini berusaha menunjukkan bahwa tokoh bukanlah manusia, melainkan gagasan dan perwujudan tema.
Set di teater epik seringkali tidak realistis, menunjukkan lebih dari menunjukkan lokasi tertentu. Sebaliknya, alat peraga seringkali merupakan fitur penting yang juga menggambarkan tema atau ide dan membantu menunjukkan status atau profesi karakter. Keterangan atau proyeksi sering digunakan untuk memberikan ringkasan cepat dari tindakan di luar panggung. Ini semakin menjauhkan penonton dari percaya pada dunia drama, dan berusaha untuk membuat mereka tetap fokus pada ide daripada karakter.
Untuk mencegah melodrama atau emosi menguasai penonton, lagu-lagu komik dan musik sering digunakan untuk memberikan detail emosional. Efek dari praktik ini bisa sangat menggelegar bagi penonton yang tidak terbiasa dengan Teater Keterasingan. Seringkali, itu mengarah ke nada ceria dan optimis dengan lirik yang mengganggu. Salah satu lagu teater epik paling terkenal adalah “Mac the Knife” karya Kurt Weill, yang menampilkan musik jazzy dan ceria yang dipadukan dengan kisah seorang pembunuh gila.
Selain Brecht, beberapa penulis naskah telah menghasilkan karya dengan prinsip Teater Keterasingan. Thornton Wilder diyakini menginginkan The Skin of Our Teeth sebagai teater epik. Penulis drama modern Dario Fo dan Caryl Churchill juga diyakini telah menulis drama mengikuti teori Brecht. Karya teater epik Brecht sendiri banyak, dan termasuk The Threepenny Opera, Mother Courage and Her Children, dan The Resistible Rise of Arturo Ui.