Apa itu Surplus Ekonomi?

Surplus ekonomi adalah istilah bisnis yang digunakan untuk menggambarkan beberapa situasi yang berbeda. Definisi dasar surplus ekonomi adalah bahwa aset keuangan suatu entitas, seperti pasar, bisnis, pemerintah, atau individu, melebihi kewajiban keuangannya. Namun definisi dasar ini hanyalah titik awal untuk menggambarkan berbagai bentuk surplus ekonomi.

Bagi seorang individu, surplus ekonomi dapat digambarkan dalam beberapa cara. Jika seseorang memiliki sejumlah uang untuk hidup pada awal bulan, namun tidak menghabiskan semuanya selama bulan itu, anggarannya surplus dengan jumlah yang tersisa. Namun, surplus juga dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara apa yang individu atau konsumen bersedia bayar untuk sesuatu, versus apa yang sebenarnya dibayar. Jika seseorang bersedia membeli sofa seharga $800 dolar AS (USD), tetapi menemukan model yang sama seharga $600 USD, surplus ekonomi dikatakan sebagai $200 USD yang tidak dibelanjakan konsumen yang bersedia dibelanjakan.

Dalam bisnis, surplus juga bisa menjadi sarana untuk menjelaskan kekayaan bersih dan tingkat keberhasilan perusahaan. Selama waktu tertentu, jika pendapatan perusahaan melebihi semua pengeluaran, termasuk tenaga kerja, biaya produksi, transportasi, dan kerugian investasi, jumlah yang tersisa adalah surplus ekonomi. Angka ini juga menentukan seberapa menguntungkan perusahaan selama periode waktu tertentu. Jika penerimaan perusahaan sama dengan satu juta dolar, dan total pengeluaran sama dengan $500,000 USD, sisa $500,000 USD dianggap sebagai keuntungan atau, dengan kata lain, surplus.

Di bidang keuangan, bagaimanapun, istilah seperti surplus biasanya memiliki aplikasi yang jauh lebih rumit. Misalnya, dalam grafik penawaran dan permintaan dasar, ada beberapa jenis surplus ekonomi yang terlibat. Selain surplus konsumen, jumlah surplus produsen juga harus diperhatikan. Jumlah ini dicapai dengan kelebihan keuntungan atas biaya operasi untuk pemasok.

Surplus ekonomi pemerintah terjadi ketika jumlah uang yang dihasilkan pemerintah melalui pajak, tarif, dan cara lain, melebihi jumlah yang dibelanjakan untuk program pemerintah, seperti militer, pekerjaan umum, gaji, dan pelaksanaan kebijakan. Secara alami, pajak pemerintah mengambil sebagian dari surplus konsumen dan produsen. Idealnya, suatu wilayah mencapai surplus total atau sosial ketika konsumen memiliki keuntungan yang cukup untuk membuat produsen tetap untung, sedangkan pajak yang dikenakan pada keduanya membuat pemerintah tetap surplus atau seimbang tetapi tidak cukup tinggi untuk menempatkan bisnis atau individu dalam defisit. Keseimbangan ini, meskipun ideal, jarang terjadi.