Apa itu Suar Matahari?

Suar matahari adalah ejeksi massal dari permukaan Matahari yang disebabkan oleh rekoneksi spontan garis-garis medan magnet. Suar matahari sangat dahsyat sehingga mampu membakar seluruh benua jika Bumi dipegang dekat dengan mereka. Suar matahari menimbulkan bahaya bagi astronot karena partikel energik yang mereka lepaskan dari jarak jauh.

Seperti beberapa peristiwa astronomi energik lainnya, semburan matahari melepaskan energi dalam jumlah besar di seluruh spektrum elektromagnetik, dari radio dengan panjang gelombang terpanjang hingga sinar gamma dengan panjang gelombang terpendek. Suar matahari cenderung terjadi di daerah aktif di sekitar bintik matahari, dan frekuensinya sesuai dengan intensitas bintik matahari pada waktu tertentu, berkisar antara sekali seminggu hingga beberapa hari. Suar matahari cukup kuat untuk mengganggu sementara komunikasi radio jarak jauh di Bumi. Peristiwa rekoneksi magnetik yang menggerakkan jilatan api matahari berlangsung dalam rentang waktu menit hingga puluhan menit.

Suar matahari terkait dengan Coronal Mass Ejections, jenis lain dari fenomena bintang di mana sejumlah besar atmosfer matahari dikeluarkan ke luar angkasa dengan kecepatan tinggi. Dalam suar matahari, elektron, proton, dan ion berat dapat dipercepat hingga mendekati kecepatan cahaya. Untuk astronot yang malang di luar atmosfer Bumi dan tidak memiliki pelindung yang memadai, ini bisa berarti kematian instan. Oleh karena itu, para ilmuwan sangat peduli untuk mempelajari semburan matahari sehingga mereka dapat memprediksinya dengan lebih baik.

Flare matahari pertama diamati pada tahun 1856 sebagai flare terang di tepi bintik matahari. Sehubungan dengan ukuran Matahari itu sendiri, jilatan api matahari cukup kecil, tetapi relatif terhadap Bumi dan planet lain, mereka besar. Partikel energik yang dilepaskan oleh semburan matahari berkontribusi pada penciptaan aurora borealis dan aurora australis yang indah.

Suar matahari menyebabkan pelepasan partikel besar yang dikenal sebagai badai proton, yang bisa berbahaya bagi astronot. Beberapa dekade yang lalu, diyakini bahwa badai proton hanya bisa bergerak dengan kecepatan sekitar 8% kecepatan cahaya, secara teoritis memberi astronot dua jam untuk mencapai tempat berlindung jika terjadi semburan matahari yang teramati. Namun baru-baru ini, pada tahun 2005, badai proton diamati mencapai sekitar Bumi hanya 15 menit setelah pengamatan awal, menunjukkan kecepatan kira-kira sepertiga kecepatan cahaya. Ini meningkatkan risiko suar matahari bagi astronot, dan memberikan tantangan desain bagi para insinyur yang merancang pesawat ruang angkasa jarak jauh, seperti perjalanan ke Mars.