Stok penyangga mengacu pada jumlah stok fisik yang disimpan perusahaan untuk melindungi dari variasi penawaran dan permintaan yang tidak terduga. Memilih jumlah yang tepat dari jenis stok ini bisa menjadi keseimbangan yang sulit antara pemborosan dan kekurangan. Dalam konteks yang lebih luas, buffer stock melibatkan pemerintah yang membeli dan menjual komoditas untuk mencoba menstabilkan harga.
Sementara perusahaan dapat memperkirakan jumlah stok yang dibutuhkannya kapan saja, ini bisa terbukti salah karena alasan penawaran dan permintaan. Di sisi penawaran, perusahaan mungkin menghadapi keterlambatan dalam mendapatkan bahan baku, mungkin mengalami kerusakan mesin atau perselisihan perburuhan, dan mungkin menemukan tingkat kesalahan dan kerusakan dalam produksi lebih besar dari yang diharapkan. Di sisi permintaan, perusahaan mungkin menemukan produk menjadi lebih populer secara keseluruhan, atau bahwa perubahan di antara penjual saingan berarti lebih banyak pelanggan datang ke perusahaan.
Ada beberapa alasan untuk menjaga stok buffer pada level serendah mungkin. Memiliki terlalu banyak dapat meningkatkan biaya penyimpanan atau membebani batas kapasitas penyimpanan yang ada. Dengan barang yang mudah rusak, kelebihan stok dapat menyebabkan pemborosan.
Mempertahankan buffer stock dapat memberikan efek samping yang berguna karena memungkinkan perusahaan untuk memeriksa seberapa akurat perkiraannya. Sebuah perusahaan dapat mengukur buffer stock baik pada akhir tahun atau sebagai rata-rata dari waktu ke waktu. Semakin tinggi tingkat stok ini, semakin akurat perkiraan awal perusahaan untuk kebutuhan stok telah terbukti. Pada gilirannya, perusahaan mungkin kemudian merasa dapat mengurangi jumlah buffer stock yang dibutuhkan di masa depan.
Variasi pada proses ini, yang dikenal sebagai skema buffer stock, dapat digunakan di pasar secara keseluruhan. Dalam konteks ini, organisasi yang mengoperasikan skema tersebut bertindak untuk mempengaruhi harga daripada sebagai produsen yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Skema ini melibatkan pembelian barang ketika ada surplus di pasar, lalu menjualnya ketika ada kekurangan. Secara teori, proses ini membantu menjaga harga dengan menghindari penurunan harga besar-besaran ketika ada pasokan yang berlebihan, atau kenaikan harga saat pasokan tidak mencukupi. Karena tujuan proses dan skala besar yang harus dilakukan agar efektif, skema seperti itu biasanya hanya dilakukan oleh pemerintah yang mengambil pendekatan intervensionis terhadap ekonomi.