Apa itu Sofisme?

Dalam bahasa Inggris modern, istilah “sofisme” mengacu pada retorika palsu atau palsu yang menipu pendengar. Istilah ini berasal dari Yunani kuno dengan sekelompok filsuf dan ahli retorika yang dikenal sebagai Sofis. Itu awalnya tidak negatif, tetapi telah memperoleh makna negatif sebagian besar sebagai akibat dari filsuf Plato, yang sangat kritis terhadap kaum Sofis.

Di Yunani klasik, istilah ‘Sofis’, yang berasal dari ‘sophia’, kata Yunani untuk kebijaksanaan, awalnya tampaknya menunjukkan orang bijak atau orang bijak. Di Athena selama abad ke-5 SM dan kemudian, istilah itu merujuk kepada para sarjana yang menawarkan pengajaran dalam filsafat dan retorika, khususnya kepada para pemuda dari keluarga bangsawan. Sofisme dalam pengertian ini terdiri dari pendidikan yang akan mempersiapkan mereka untuk kehidupan publik, terutama untuk pidato politik dan hukum. Di Athena, semua warga negara laki-laki terlibat langsung dalam urusan pemerintahan seperti pengadilan dan legislasi, menjadikan keterampilan ini sangat berguna.

Murid-murid Socrates, khususnya Plato, mengkritik kaum Sofis, yang menuntut pengajaran mereka. Plato berpendapat bahwa kaum Sofis mengajari siswa mereka cara memanipulasi argumen dan menggunakan retorika yang tidak jujur ​​untuk menang, daripada menggunakan penyelidikan filosofis untuk sampai pada kebenaran. Protagoras, salah satu Sofis paling terkemuka, dikatakan menyombongkan diri bahwa dia bisa membuat yang lebih lemah dari dua argumen tampak lebih kuat. Dialog Plato menunjukkan Socrates bertentangan dengan Sophisme; Socrates terlibat dalam perdebatan dengan Sofis seperti Protagoras dan mengalahkan mereka. Sejarawan filsafat percaya bahwa dialog Platon mungkin tidak adil bagi kaum Sofis, melebih-lebihkan pandangan mereka dan melukisnya dalam cahaya yang tidak menarik.

Sofisme, bagaimanapun, menjadi permanen terkait dengan kritik Plato dan muridnya Aristoteles. Istilah itu berarti argumen apa pun di mana satu peserta mengandalkan keterampilan retorika dan tipu daya daripada fakta dan alasan untuk membujuk yang lain. Hari ini istilah ‘sofisme’ dan ‘sofisme’ bermuatan negatif, dan menuduh lawan dari sofisme adalah kritik yang sangat serius.

Dalam istilah modern, sofisme atau sofisme adalah penyebaran argumen cacat logis yang membujuk pendengar melalui konten emosional mereka. Misalnya, ketika dituduh melakukan tindakan amoral, seorang pembicara mungkin menunjukkan bahwa orang lain telah melakukan tindakan yang sama. Ini memiliki efek emosional yang kuat, membuat penuduh tampak munafik atau penindas karena memilih satu orang, tetapi gagal menjawab pertanyaan. Kekeliruan logis ini, yang dikenal oleh para filsuf sebagai kekeliruan “tu quoque” atau “Anda sendiri”, adalah bagian umum dari tipu daya.