Skala tinja Bristol digunakan untuk menilai penampilan fisik dan bentuk sampel tinja. Ada tujuh jenis yang termasuk dalam skala, mulai dari feses padat hingga diare cair. Skala ini dikembangkan oleh Dr. Ken Heaton dari University of Bristol di Inggris sebagai alat untuk memperkirakan waktu transit tinja, tetapi umumnya digunakan untuk membantu mengevaluasi perawatan untuk berbagai penyakit usus. Di Inggris Raya, skala tinja Bristol kadang-kadang disebut skala Meyers.
Setiap kategori dalam skala tinja Bristol menggambarkan bentuk tertentu. Kotoran tipe 1 adalah benjolan keras kecil yang terpisah, sedangkan feses tipe 2 berbentuk sosis, tetapi kental. Kedua jenis tinja ini merupakan indikasi sembelit. Kotoran tipe 3, yang berbentuk sosis dengan permukaan pecah-pecah, dianggap normal jika dikeluarkan tanpa mengejan, tetapi kadang-kadang dapat mengindikasikan konstipasi ringan.
Kotoran tipe 4 dianggap sebagai indikasi pergerakan usus yang normal dan kesehatan pencernaan yang baik. Kotoran ini mudah dikeluarkan, halus dan lembut, dan berbentuk seperti sosis atau ular. Kotoran tipe 5 adalah benjolan lunak yang terpisah dan mudah dikeluarkan. Sementara tinja ini biasanya dianggap normal, kadang-kadang bisa menunjukkan diare.
Dalam kebanyakan kasus, tinja tipe 6 dan 7 berhubungan dengan diare. Kotoran tipe 6 adalah gumpalan lembek dengan tepi kasar dan tidak jelas, sedangkan feses tipe 7 sangat berair dan bahkan mungkin seluruhnya cair. Kedua jenis buang air besar ini biasanya dilalui dengan tingkat urgensi yang tinggi.
Meskipun tujuan yang dimaksudkan dari skala tinja Bristol adalah untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan makanan untuk melakukan perjalanan melalui saluran pencernaan dan muncul sebagai limbah tinja, validitas ide ini segera dipertanyakan. Alasan utama untuk ini adalah fakta bahwa waktu transit tinja bukan satu-satunya faktor yang menentukan bentuk buang air besar; namun, skala tetap berguna bagi dokter dan peneliti karena dua alasan.
Pertama, tujuh kategori skala menyediakan metode awal untuk menentukan efek dari pengobatan tertentu. Dengan memantau buang air besar pasien dan membandingkan penampilannya dengan timbangan, dokter atau perawat segera mengukur apakah pengobatan yang diberikan memiliki efek. Alasan kedua adalah bahwa pasien yang malu atau enggan untuk mendiskusikan gerakan usus mereka dapat dengan mudah menunjukkan gambaran perbandingan jenis gerakan mereka yang paling mirip.
Timbangan tinja Bristol paling sering digunakan oleh para profesional medis sebagai alat untuk menilai sampel tinja, tetapi siapa pun yang tertarik untuk memantau kebiasaan buang air besar mereka dapat menggunakan timbangan di rumah. Tentu saja, ini bukan pengganti nasihat medis dari dokter atau petugas kesehatan lainnya. Setiap perubahan yang signifikan atau terus-menerus dalam kesehatan pencernaan atau gerakan usus dapat mengindikasikan munculnya penyakit, dan harus didiskusikan dengan dokter.