Sinovium, atau membran sinovial, adalah jaringan lunak yang melapisi permukaan sendi sinovial, atau sendi dengan rongga. Beberapa sendi yang memiliki sinovium adalah pergelangan tangan, siku, bahu, pinggul, dan lutut. Kata sinovium berasal dari bahasa Latin untuk “telur”, karena cairan sinovial di dalam sendi memiliki konsistensi dan penampilan putih telur. Tendon di tangan dan kaki memiliki struktur yang mirip dengan membran sinovial, yang disebut selubung sinovial.
Meskipun ada variasi antara berbagai jenis sinovium, jaringan biasanya memiliki dua lapisan, intima dan subintima. Subintima adalah lapisan luar, yang dapat terdiri dari berbagai jenis jaringan ikat, dari lemak hingga fibrosa hingga alveolar longgar. Intima, atau lapisan dalam, terdiri dari lembaran sel yang sangat tipis. Membran sinovial berfungsi untuk menampung dan melindungi bantalan dan pelumas cairan sinovial, yang penting untuk berfungsinya sendi.
Ada dua jenis sel yang ada di intima sinovium, fibroblas dan makrofag. Fibroblas sinovial menghasilkan dua zat penting untuk cairan sinovial, hyaluronan dan lubricin. Hyaluronan adalah polimer gula rantai panjang yang memberikan cairan sinovial konsistensi seperti putih telur, dan membantu menjaganya tetap pada tempatnya di dalam sendi. Lubricin membuat sendi dilumasi untuk meningkatkan gerakan dan mencegah cedera. Makrofag adalah jenis sel darah putih yang menelan dan menghancurkan partikel yang tidak diinginkan dalam cairan sinovial.
Tergantung pada sendi yang bersangkutan, permukaan intima mungkin halus atau ditutupi dengan vili, proyeksi seperti rambut kecil yang memungkinkan sinovium berubah bentuk saat sendi bergerak. Di bawah intima adalah jaringan padat kapiler, atau pembuluh darah kecil, yang menjaga membran sinovial dan tulang rawan di dalam sendi disuplai dengan nutrisi.
Dalam kondisi medis termasuk rheumatoid arthritis, sinovium dapat menebal dan menjadi iritasi, menyebabkan kerusakan dan kerusakan sendi. Membran sinovial yang teriritasi dapat menghasilkan terlalu banyak cairan sinovial, sehingga menyulitkan nutrisi untuk mencapai tulang rawan, atau dapat menyerap terlalu banyak nutrisi itu sendiri, yang juga menyebabkan kekurangan gizi pada bagian lain dari sendi. Akhirnya, membran sinovial yang rusak dapat menghasilkan enzim yang menghancurkan tulang rawan.