Sindrom telinga merah adalah suatu kondisi di mana satu atau kedua telinga menjadi sangat merah dan panas saat disentuh, dengan munculnya kemerahan yang terjadi dalam hitungan detik. Dalam beberapa kasus, rasa sakit menyertai kemerahan, dengan beberapa penderita melaporkan bahwa telinga juga menjadi lembut saat disentuh. Sejumlah pemicu yang menyebabkan wabah sindrom telinga merah telah diidentifikasi. Sayangnya, tidak ada pengobatan tunggal yang dapat memperbaiki masalah.
Sebagian besar pemicu sindrom telinga merah berkaitan dengan semacam gerakan kepala. Orang telah mengalami wabah saat mengunyah makanan, minum, batuk, bersin, atau hanya memutar leher dengan cepat ke satu arah. Ada kasus di mana penderita akan mengalami wabah kemerahan dan ketidaknyamanan setelah menyentuh daun telinga.
Kondisi fisik lainnya terkadang dapat memicu episode sindrom telinga merah. Misalnya, penderita migrain mungkin menemukan bahwa telinga menjadi merah dan agak lembut saat disentuh selama sakit kepala. Berbagai bentuk disfungsi sendi juga tampaknya memicu reaksi pada beberapa orang. Bahkan ada beberapa bukti bahwa periode stres atau kecemasan yang berkepanjangan dapat menyebabkan perkembangan masalah kesehatan ini.
Penting untuk dicatat bahwa sindrom telinga merah sangat berbeda dari aliran darah ke wajah dan telinga yang terjadi ketika seseorang merasa malu. Dalam sebagian besar kasus ini, kemerahan memudar setelah episode rasa malu teratasi. Sebaliknya, sindrom telinga merah mungkin bertahan selama beberapa waktu sebelum perubahan warna dan nyeri tekan mulai mereda.
Ketika datang ke pengobatan sindrom telinga merah, pendekatan yang umum adalah mengidentifikasi pemicu yang mendasarinya dan berusaha menyelesaikan masalah itu. Misalnya, jika telinga tiba-tiba menjadi merah karena sakit kepala migrain, minum obat untuk mengendalikan sakit kepala sering juga menyebabkan perubahan warna telinga memudar. Jika beberapa jenis masalah sendi adalah penyebab yang mendasari, mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki masalah sendi akan meminimalkan frekuensi dan tingkat keparahan wabah sindrom.
Bagi banyak penderita yang mengalami episode sindrom telinga merah dari tindakan sederhana seperti mengunyah atau minum, fokusnya seringkali bukan pada mengobati kondisi tersebut, tetapi belajar mengelolanya sebanyak mungkin. Beberapa penderita mengatasi telinga merah dengan memakai rambut mereka cukup lama untuk menutupi sebagian besar telinga. Orang lain mungkin memilih untuk mencoba menggunakan riasan untuk menyembunyikan kemerahan, atau mengembangkan kebiasaan mengenakan tutup kepala yang menutupi sebagian telinga. Yang lain hanya menerima kondisi tersebut dan mencoba mencegah wabah yang tiba-tiba mengganggu rutinitas sehari-hari mereka, atau menyebabkan mereka membatasi kegiatan sosial.