Sindrom pasca-gegar otak adalah sindrom yang tidak biasa yang mempengaruhi sekitar 15% orang yang mengalami gegar otak. Gegar otak disebabkan oleh cedera otak ringan, biasanya akibat benturan di kepala. Ketika gegar otak ringan, kebanyakan orang pulih dari gejala utama, seperti mual, pusing, dan sakit kepala dalam waktu satu atau dua minggu. Yang membingungkan para peneliti medis adalah bahwa beberapa orang terus mengalami gejala yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu setelah penyembuhan terjadi. Dalam kasus yang jarang terjadi, gejala dapat bertahan selama satu tahun atau lebih setelah seseorang menderita gegar otak.
Dokter dan peneliti medis tidak jelas mengapa orang mengembangkan sindrom pasca-gegar otak, karena tampaknya tidak ada korelasi dengan itu dan tingkat keparahan gegar otak. Beberapa peneliti percaya bahwa kondisi tersebut mungkin sepenuhnya psikologis, sementara yang lain berpendapat bahwa ada penyebab medis, bahkan jika tetap tidak teridentifikasi. Para peneliti melihat bahwa sindrom ini lebih umum di antara orang-orang yang lebih tua, jadi salah satu faktor risiko yang dapat diidentifikasi untuk penyakit ini adalah usia. Wanita juga lebih berisiko mengalami masalah ini daripada pria.
Gejala sindrom pasca-gegar otak pada dasarnya adalah persistensi gejala yang mungkin dialami seseorang dalam beberapa minggu pertama setelah mengalami cedera kepala:
Pusing
Sakit kepala
Kesulitan Tidur
Perubahan suasana hati, terutama iritabilitas yang lebih besar
Kepekaan terhadap cahaya atau kebisingan
Kelelahan
Perubahan dalam memori
Pengobatan untuk sindrom ini harus dimulai dengan pengobatan untuk gegar otak. Jika seseorang mengalami cedera kepala yang cukup parah hingga menyebabkan hilangnya kesadaran, kemungkinan besar dia mengalami gegar otak. Ketika gejala tidak sembuh dalam beberapa minggu, tidak ada metode standar untuk pengobatan. Sebaliknya, profesional kesehatan cenderung mengobati gejala yang tersisa. Sakit kepala dan mual dapat diobati dengan obat-obatan, meskipun obat tersebut dapat membuat seseorang merasa lebih lelah.
Beberapa profesional kesehatan mungkin juga ingin melakukan tes pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk mencari sisa cedera yang belum sembuh. Kadang-kadang, tingkat cedera otak mungkin diremehkan pada awalnya, dan pembengkakan atau memar dapat bertahan. Jika ini masalahnya, orang tersebut tidak benar-benar mengalami sindrom pascagegar otak tetapi sedang memulihkan diri dari cedera otak yang lebih parah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Kadang-kadang, obat-obatan diresepkan untuk mengobati gejala sisa, atau steroid seperti prednison dapat diresepkan untuk membantu mengurangi peradangan.
Masuk akal bagi individu untuk menemui profesional medis jika gejala gegar otak belum teratasi dalam beberapa minggu. Meskipun tidak ada pengobatan tunggal, dan profesional kesehatan belum mengetahui apa penyebabnya, mengobati gejala dapat membantu seseorang merasa lebih nyaman.