Gangguan neurologis langka yang disebut sindrom opsoclonus-myoclonus adalah gangguan autoimun yang menyerang otak, seringkali setelah infeksi virus. Juga dikenal sebagai “mata menari/kaki menari” atau sindrom Kinsbourne, gangguan ini dapat mempengaruhi pasien dari segala usia, pertama-tama memanifestasikan dirinya dalam mata dan otot yang berkedut. Akhirnya, berdiri atau berjalan menjadi berat, seperti halnya berbicara, makan atau berpikir jernih.
Sindrom opsoclonus-myoclonus ditandai oleh empat kondisi terpisah, yang dapat muncul hampir seketika. Opsoclonus mengacu pada kedutan mata yang tidak terkendali, menyebabkan efek menari. Myoclonus berkaitan dengan kejang otot yang datang dan pergi, mempengaruhi seluruh tubuh. Juga umum untuk penderita sindrom ini adalah ataksia, kurangnya koordinasi otot secara keseluruhan yang menghambat gerakan yang paling umum, dari berjalan hingga makan. Akhirnya, ensefalopati menghalangi otak untuk berpikir jernih. Semua bergabung untuk membuat pasien yang tidak bisa mengendalikan gerakan, lesu, dan sering penuh amarah.
Menurut National Pediatric Myoclonus Center, sindrom opsoclonus-myoclonus sering terjadi setelah tubuh melawan pertumbuhan tumor atau terinfeksi berbagai infeksi virus. Tumor ditemukan pada sekitar setengah dari pasien yang menderita penyakit ini, dan infeksi virus baru-baru ini dirawat di banyak pasien lainnya. Meskipun pada tahun 2011 penyebab pasti gangguan ini tidak diketahui, banyak peneliti percaya bahwa antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dapat secara tidak sengaja menyerang sel-sel otak dalam upaya untuk membersihkan tubuh dari tumor atau virus yang menyerang.
Dokter yang merawat sindrom opsoclonus-myoclonus pertama-tama mencoba menentukan apakah ada tumor dengan memesan serangkaian tes radiologis. Jika tumor ditemukan, mereka akan berusaha mengangkatnya. Ini sering menghilangkan sindrom pada anak-anak, karena tubuh tidak lagi merasakan kehadiran yang menyerang. Namun, untuk orang dewasa, kondisi ini lebih mungkin berlanjut bahkan setelah tumor diangkat.
Terlepas dari apakah tumor ditemukan, dokter secara teratur meresepkan rejimen suntikan hormon adrenokortikotropik untuk mengobati sindrom opsoclonus-myoclonus. Dalam serangkaian suntikan selama 20 hari, hormon ini menyebabkan kelenjar adrenal tubuh memproduksi lebih banyak kortisol, yang menghasilkan tingkat pemulihan 80 hingga 90 persen untuk anak-anak, dengan persentase pemulihan yang lebih sedikit untuk orang dewasa.
Obat lain dapat diresepkan untuk mendorong sindrom ini menjadi remisi. Imunoglobulin intravena adalah antibodi manusia yang dapat meningkatkan respon imun tubuh. Kemoterapi dan terapi steroid juga biasanya disarankan. Meskipun sebagian besar pasien sembuh, banyak yang rentan kambuh ketika tubuh mengalami penyakit baru.