Apa itu Sindrom Dumping?

Sindrom dumping, juga dikenal sebagai pengosongan lambung yang cepat, terjadi ketika isi lambung dikirim ke usus kecil terlalu cepat. Sindrom ini biasanya merupakan akibat dari operasi perut, meskipun tidak selalu demikian. Ada dua tipe dasar sindrom dumping, termasuk dumping “awal” dan dumping “terlambat”. Sementara pembuangan awal terjadi segera setelah makan, pembuangan akhir terjadi dua hingga tiga jam setelah makan.

Kembung, kram, diare, kelelahan, mual, dan muntah adalah semua gejala yang terkait dengan pembuangan dini. Pusing, berkeringat, dan lemas biasanya berhubungan dengan buang air yang terlambat. Karena eliminasi makanan yang cepat menyebabkan pankreas memproduksi insulin dalam jumlah berlebihan, orang yang menderita sindrom dumping seringkali mengalami hipoglikemik.

Karena fakta bahwa sindrom dumping hampir selalu dikaitkan dengan operasi bypass lambung, ini adalah hal pertama yang dipertimbangkan dokter ketika mencoba mendiagnosis pasien. Tes tambahan, termasuk barium fluoroscopy dan skintigrafi radionuklida, juga dilakukan. Sebuah fluoroskopi barium melibatkan konsumsi larutan barium sulfat diikuti oleh sinar-X. Profesional medis dapat menentukan adanya sindrom dumping jika X-ray mengungkapkan eliminasi cepat cairan dari perut. Dalam kebanyakan kasus, sindrom ini dapat dideteksi segera.

Tes skintigrafi radionuklida melibatkan konsumsi radionuklida, juga disebut isotop radioaktif, diikuti oleh sinar-X. Setelah radionuklida tertelan, zat tersebut akan mulai terkikis di dalam area perut, yang menghasilkan pelepasan foton gamma. Profesional medis kemudian menggunakan kamera gamma khusus untuk mendeteksi dan memetakan area perut yang terkena sindrom dumping.

Dalam kebanyakan kasus, pengobatan sindrom dumping mencakup perubahan pola makan seseorang. Makan besar harus dihindari, sedangkan makanan kecil harus dikonsumsi di berbagai titik di siang hari. Diet sindrom dumping seringkali rendah karbohidrat dan gula sederhana. Minuman, dalam hal ini, hanya boleh dikonsumsi di antara waktu makan. Makanan berserat juga dapat membantu mencegah pembuangan yang cepat. Beberapa orang yang menderita pengosongan lambung yang parah mungkin juga akan diberi resep berbagai obat, termasuk penghambat pompa proton, octreotide, dan cholestyramine.

Setelah diagnosis yang tepat, kebanyakan orang dapat menjalani kehidupan normal. Dengan tetap berpegang pada diet seimbang yang mencakup makanan bergizi, orang yang memiliki sindrom pengosongan lambung cepat dapat menghindari sakit perut. Namun, orang-orang yang tidak dapat menemukan kelegaan setelah perubahan pola makan, mungkin harus menjalani prosedur pembedahan tertentu.