Apa itu Sindrom Diogenes?

Sindrom Diogenes adalah gangguan perilaku yang tidak biasa di mana pasien menunjukkan gejala pengabaian diri, rumah tangga yang buruk, dan penimbunan kompulsif. Gejala ini dapat muncul pada orang lanjut usia yang tinggal sendiri atau pada mereka yang pernah mengalami peristiwa traumatis. Pasien mungkin memiliki gejala demensia, tetapi seringkali pasien ini kompeten secara mental. Pengabaian diri dan kebersihan yang buruk dapat menyebabkan kekurangan gizi dan masalah kesehatan fisik lainnya.

Gangguan ini awalnya dinamai filsuf Yunani eksentrik Diogenes dari Sinope, yang dikenal sebagai orang buangan dan tinggal di pasar. Dia tidak percaya mengandalkan orang lain atau harta benda. Ciri-ciri ini telah dijelaskan dalam laporan kasus pasien dengan sindrom Diogenes; namun, sebagian besar pasien memiliki gejala tambahan, seperti penimbunan kompulsif, yang tidak dimiliki Diogenes. Sindrom Diogenes sering disebut sebagai sindrom kemelaratan pikun.

Banyak pasien dengan sindrom Diogenes hidup sendiri, menyendiri, dan memiliki sedikit teman. Pasien lanjut usia ini tampaknya tidak peduli dengan kebersihan mereka sendiri atau dengan kondisi hidup mereka yang tidak sehat. Mereka tidak mencari bantuan untuk kondisi ini, dan sering ditemukan oleh kerabat atau tetangga. Banyak dari pasien ini tidak percaya pada orang lain dan mungkin tidak kooperatif. Mereka akan sering menolak pengobatan oleh petugas kesehatan dan mereka akan meminta untuk dibiarkan sendiri.

Diyakini bahwa gangguan ini adalah beberapa bentuk gangguan kepribadian yang mungkin dipicu oleh peristiwa yang membuat stres seperti kehilangan pasangan. Beberapa pasien mungkin memiliki gejala tambahan seperti demensia atau skizofrenia, tetapi banyak yang sangat cerdas dan sadar akan situasi mereka. Para ilmuwan percaya bahwa pasien dengan sindrom Diogenes mungkin memiliki beberapa gangguan di lobus frontal otak yang mengontrol pengambilan keputusan dan perhatian untuk kesejahteraan seseorang.

Pengobatan gangguan ini bisa jadi menantang. Seringkali, pasien dirawat di rumah sakit untuk waktu yang singkat karena masalah kesehatan fisik yang akut. Setelah pemulihan, pasien ini dapat dipindahkan ke panti jompo, tetapi sebagian besar ingin kembali ke rumah mereka. Pembersihan rumah oleh para profesional seringkali hanya merupakan solusi sementara, karena kondisi biasanya kembali ke keadaan semula.

Pasien-pasien ini biasanya curiga terhadap orang lain, sehingga petugas kesehatan atau kerabat harus bekerja untuk mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perawatan agresif dapat membuat pasien menarik diri dan menjadi lebih tertutup. Pilihan pengobatan juga termasuk pengobatan untuk mengobati gejala lain, seperti depresi atau gangguan obsesif kompulsif. Sosialisasi pasien ini di pusat penitipan anak juga dapat menjadi pilihan pengobatan.