Simetri wajah adalah sejauh mana fitur di setiap sisi wajah manusia sejajar dan cocok dalam ukuran dan orientasi. Simetri wajah seseorang memiliki sejumlah implikasi, termasuk estetika dan kesehatan secara keseluruhan. Ini adalah bagian dari bidang simetri tubuh manusia yang lebih besar, yang diyakini berperan dalam cara orang menentukan daya tarik.
Dalam pengertian dasar, simetri wajah secara harfiah adalah seberapa dekat ukuran, sudut, dan lokasi mata, telinga, lubang hidung, pipi, dan fitur duplikat lainnya yang saling mencerminkan di sisi kiri dan kanan. Sangat jarang kedua mata, misalnya, memiliki ukuran atau jarak yang sama persis di atas hidung. Kebanyakan orang tidak secara sadar memperhatikan asimetri kecil yang umum.
Para ilmuwan percaya bahwa simetri wajah adalah salah satu dari sejumlah ciri fisiologis yang secara halus memengaruhi daya tarik. Lainnya termasuk kemudaan yang dirasakan dan kesamaan dengan norma, yang dikenal sebagai rata-rata. Masing-masing elemen ini menunjukkan pada skala biologis kecocokan individu untuk bereproduksi. Uniknya di antara manusia, daya tarik tidak terbatas pada faktor-faktor ini, dan banyak pengecualian.
Meskipun simetri wajah sebagian besar ditentukan oleh faktor keturunan dan genetika, ada faktor lain yang dapat memengaruhi orientasi fitur seseorang. Penyakit seperti Bell’s palsy dapat menyebabkan atrofi otot di wajah, yang menyebabkan asimetri. Selain itu, cacat lahir atau trauma seperti hipoplasia kondilus mandibula dapat mempengaruhi orientasi fitur wajah.
Berbagai jenis kanker juga dapat mempengaruhi simetri wajah, terkadang secara drastis. Kanker mulut, khususnya, secara rutin membutuhkan amputasi sebagian atau seluruh tulang rahang. Prosedur ini memiliki efek mendalam pada bentuk wajah dan bagaimana fitur-fiturnya berbaris. Rahang prostetik biasanya diresepkan untuk membantu mengembalikan tingkat simetri yang besar ke wajah.
Perubahan simetri wajah juga biasanya terjadi setelah stroke. Tidak seperti cacat genetik di mana wajah berkembang secara asimetris sejak lahir, korban stroke mungkin menderita kerusakan saraf atau otot yang menyebabkan separuh wajah lumpuh. Akibatnya, fitur-fiturnya terkulai dan menjadi asimetris.
Simetri wajah, apakah terganggu secara alami atau melalui trauma seperti kecelakaan mobil, dapat ditingkatkan sampai tingkat tertentu melalui operasi plastik. Ilmu pengetahuan tidak dapat banyak mengubah struktur tulang intrinsik tengkorak manusia, tetapi ada berbagai prosedur, dari yang ringan hingga yang ekstrem, yang benar-benar dapat meningkatkan simetri atau setidaknya memberikan kesan simetri yang lebih besar. Bahkan seorang korban stroke, melalui terapi fisik, bisa mendapatkan kembali kontrol otot wajah, yang mengarah ke simetri wajah baru.