Apa itu Sensor Cahaya?

Sensor cahaya, seperti namanya, adalah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi cahaya. Ada banyak jenis sensor cahaya, yang masing-masing bekerja dengan cara yang sedikit berbeda. Sebuah fotosel atau fotoresistor, misalnya, adalah sensor kecil yang mengubah resistansinya ketika cahaya menyinarinya; mereka digunakan di banyak produk konsumen untuk menentukan intensitas cahaya. Sebuah perangkat digabungkan bermuatan (CCD) mengangkut sinyal bermuatan listrik, dan digunakan sebagai sensor cahaya di kamera digital dan perangkat night-vision. Photomultiplier mendeteksi cahaya dan melipatgandakannya.

Perangkat yang menyertakan sensor ini memiliki banyak kegunaan dalam aplikasi ilmiah, tetapi juga ditemukan di barang-barang yang ditemui orang setiap hari. Sensor cahaya sederhana dapat menjadi bagian dari perangkat keamanan atau keselamatan, seperti alarm pencuri atau pembuka pintu garasi. Jenis perangkat ini sering bekerja dengan menyinari seberkas cahaya dari satu sensor ke sensor lainnya; jika lampu terputus, alarm berbunyi atau pintu garasi tidak mau menutup.

Banyak elektronik modern, seperti komputer, telepon nirkabel, dan televisi, menggunakan sensor cahaya sekitar untuk secara otomatis mengontrol kecerahan layar, terutama dalam situasi cahaya rendah atau cahaya tinggi. Mereka dapat mendeteksi seberapa banyak cahaya di dalam ruangan dan menaikkan atau menurunkan kecerahan ke tingkat yang lebih nyaman bagi pengguna. Sensor cahaya juga dapat digunakan untuk menyalakan lampu secara otomatis di dalam atau di luar rumah atau bisnis saat gelap.

Pemindai kode batang yang ditemukan di sebagian besar lokasi pengecer bekerja menggunakan teknologi sensor cahaya. Cahaya yang dipancarkan dari pemindai menerangi kode batang, yang dibaca dan diterjemahkan oleh sensor. Kode Quick Response (QR) beroperasi dengan cara yang hampir sama, meskipun berisi lebih banyak informasi dan biasanya dapat dibaca menggunakan smartphone jika pengguna telah mengunduh pembaca kode.

Sementara beberapa produk yang menggunakan sensor cahaya telah ada selama beberapa tahun, sensor ini terus menjadi lebih penting, terutama melalui teknologi inframerah. Hewan berdarah panas, termasuk manusia, memancarkan panas, yang dapat dilihat sebagai cahaya inframerah. Energi ini dapat dideteksi menggunakan sensor cahaya infra merah untuk mengetahui kapan seseorang lewat, bukannya diaktifkan oleh gerakan non-manusia lainnya.

Sensor cahaya yang diaktifkan gerakan yang mengenali inframerah dapat ditemukan di toko bahan makanan, misalnya. Saat pembeli lewat, sensor di etalase mengenali bahwa seseorang lewat, dan lampu dinyalakan. Lampu redup ketika tidak ada pelanggan di depan kasing, dan toko menghemat biaya energi. Banyak pengecer dan bisnis menggunakan teknologi serupa untuk mengontrol lampu di ruangan yang tidak digunakan terus-menerus, seperti ruang konferensi atau toilet.
Sensor cahaya terus memiliki banyak kegunaan dalam sains, mulai dari eksperimen pameran sains paling sederhana hingga terobosan terbaru dalam ruang angkasa, kedokteran, dan robotika. Robot, misalnya, dapat menggunakan sensor cahaya untuk “melihat” dan menavigasi di sekitar ruangan, mendeteksi objek dengan merasakan bagaimana cahaya memantul darinya. Peningkatan teknologi serat optik kemungkinan akan membawa lebih banyak terobosan, karena teknologi ini dapat mengukur cahaya dan mengirim sinyal dalam kondisi ekstrim atau lokasi terpencil di mana listrik tidak tersedia.