Apa itu Sensitivitas PCR?

Polymerase chain reaction (PCR) adalah teknik yang digunakan untuk mengamplifikasi sampel DNA. Sensitivitas PCR mengacu pada seberapa efektif sampel diperkuat. Sensitivitas adalah berkah sekaligus kutukan bagi orang yang menggunakan teknik ini untuk menyiapkan DNA untuk analisis. Sejumlah hal dapat mempengaruhi sensitivitas PCR, dan para peneliti telah melakukan berbagai penelitian untuk mempelajari hal-hal yang dapat berperan dalam sensitivitas, dan bagaimana hal-hal ini dapat memengaruhi hasil tes.

Sederhananya, dalam prosedur PCR, sampel DNA pada dasarnya dibuka ritsletingnya untuk membuat dua untai, dan kemudian didorong untuk bereplikasi, membuat banyak salinan untai DNA. Teknik ini memanfaatkan cara DNA bereplikasi di dunia nyata untuk membuat sampel besar yang dapat digunakan untuk analisis. Dengan menggunakan PCR, orang dapat memperkuat sampel kecil untuk melihat area minat tertentu dan untuk mengidentifikasi segmen DNA tertentu yang mungkin menjadi perhatian atau perhatian.

Sensitivitas ekstrim dari proses ini berarti bahwa PCR sangat rentan terhadap kontaminasi. Jika orang yang melakukan tes mencemari sampel dengan DNA dari tubuhnya, seperti bulu hewan peliharaan atau serpihan kulit, sampel akan miring. Sensitivitas PCR menjadi perhatian utama di laboratorium karena orang ingin menghindari sampel yang terkontaminasi, jika memungkinkan.

Namun, sensitivitas PCR juga merupakan berkah. Kemampuan untuk memperkuat segala sesuatu dan apa pun dalam sampel berarti bahwa PCR dapat digunakan untuk menemukan DNA yang mungkin hanya ada dalam jumlah kecil dalam sampel. Misalnya, seseorang dengan kondisi kronis seperti HIV dapat memiliki viral load yang sangat rendah, sehingga sulit untuk menemukan salinan virus dalam darah pasien. Berkat sensitivitas PCR, bahkan viral load yang sangat rendah dapat dideteksi, karena satu salinan virus akan diperkuat ketika dijalankan melalui PCR.

Dalam analisis PCR forensik, sensitivitas PCR dapat menjadi penting, karena memungkinkan teknisi untuk mengidentifikasi DNA asing dalam sampel yang dapat memberikan petunjuk suatu kejahatan. Analisis sampel DNA purba juga bisa menjadi rumit atau dipermudah dengan kepekaan. Kemampuan untuk mengamplifikasi sampel DNA yang kecil dapat menjadi berkah ketika hanya sampel terbatas yang tersedia, seperti ketika seorang antropolog forensik hanya memiliki satu gigi untuk mengidentifikasi seseorang, tetapi itu juga berarti bahwa sampel yang terbatas dapat dikompromikan lebih dari itu. digunakan oleh kontaminasi.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi sensitivitas PCR. Proses yang tepat yang digunakan di laboratorium merupakan faktor, seperti juga senyawa yang digunakan untuk memproses sampel. Inilah sebabnya mengapa teknisi harus dengan hati-hati mendokumentasikan prosesnya, sehingga seseorang yang mempelajari hasilnya dapat mencari teknik bermasalah atau bahan kimia yang digunakan yang dapat membatalkan hasil atau mempertanyakannya.