Seni postmodern adalah gerakan artistik yang biasanya digambarkan muncul setelah atau sebagai respons terhadap seni modern. Meskipun istilah ini digunakan secara luas, ada ketidaksepakatan di antara para kritikus tentang apakah seni postmodern benar-benar ada sebagai gerakan yang berbeda atau apakah itu hanya fase selanjutnya dari seni modern. Tanggal-tanggal yang diusulkan sebagai penanda awal gerakan postmodern antara lain tahun 1914 di Eropa dan tahun 1962 atau 1968 di Amerika Serikat. Tren seni postmodern termasuk pastiche, apropriasi dan penggunaan pengaruh ironis.
Definisi kritis seni postmodern berbeda mengenai apakah postmodernisme, jika memang ada, merupakan kondisi historis atau gerakan yang disengaja. Ini dapat dilihat sebagai kumpulan karakteristik era saat ini, seperti dalam definisi sebelumnya, atau sebagai seni yang bereaksi dan menantang modernisme di era yang terakhir. Secara tematis, karya seni yang tergolong postmodern seringkali membahas budaya konsumtif, budaya populer, globalisasi, penjajaran seni tinggi dan rendah serta peran dan nilai seni dalam masyarakat.
Patung Marcel Duchamp yang berjudul The Fountain terkadang disebut-sebut sebagai contoh awal seni postmodern. Karya ini pertama kali diajukan ke sebuah pameran seni di New York City pada tahun 1917, di mana ia memicu kontroversi tentang sifat seni. Duchamp, yang merupakan anggota gerakan Dadais, membeli sebuah urinoir biasa dan menandatanganinya dengan nama samaran “R. Anjing kampung.” Menurut Duchamp, urinoir menjadi seni ketika ia memilih menyebutnya seni, artinya status suatu objek sebagai karya seni tergantung pada konteks dan persepsi.
Gerakan yang berada di bawah payung seni postmodern antara lain seni instalasi, multimedia dan konseptual. Hibridisasi bentuk dan media adalah hal biasa, seperti dalam karya Jenny Holzer. Dia dikenal karena instalasinya, di mana teks asli atau yang disesuaikan ditampilkan menggunakan berbagai media, termasuk tampilan dan proyeksi elektronik. Karya-karya ini menunjukkan perpaduan seni elektronik dengan sastra dan desain.
Eklektisme, penjajaran dan globalisasi adalah benang merah dalam postmodernisme. Di tengah multikulturalisme dan teori feminis, seni postmodern cenderung mendekonstruksi narasi tradisional tentang ras, gender, kebangsaan, dan keluarga. Dengan menolak untuk mengakui perbedaan antara seni tinggi dan seni rendah – misalnya, ilustrasi buku komik atau seni grafiti – seniman postmodern semakin mendobrak perbedaan kelas dalam hierarki kritik seni.
Seni postmodern menolak penilaian yang tinggi terhadap otentisitas dan orisinalitas dalam modernisme, dan sebaliknya menyatakan bahwa tidak ada lagi inovasi atau kemajuan dalam seni. Jadi, menurut kaum postmodernis, penggunaan teknik seperti pastiche, kolase dan parodi adalah satu-satunya cara otentik untuk menghasilkan seni. Dengan mengadaptasi sejarah, budaya pop dan bentuk atau teknik tradisional, seniman postmodern memanipulasi simbol dan narasi yang ada.