Apa itu Seni Konseptual?

Seni konseptual dapat digambarkan sebagai seni ide. Genre menggunakan gambar dan objek untuk membuat pemirsa berpikir, dan berpikir secara khusus tentang apa itu seni dan apa artinya. Berasal dari tahun 1960-an, itu dimaksudkan sebagai tantangan bagi pemirsa tentang apa yang mereka yakini termasuk dalam ranah seni. Konsep seni berfokus pada seniman dalam peran pemikir daripada pencipta objek seni. Ini menimbulkan pertanyaan apakah sesuatu bisa menjadi seni, atau setidaknya menjadi seni, hanya dengan ada dan diatur sedemikian rupa sehingga pemirsa harus memikirkan maknanya.

Secara historis, gerakan seni konseptual dianggap mencapai puncaknya antara pertengahan 1960-an dan awal 1970-an. Ini merupakan upaya untuk memperluas ide seni dari batas-batas konsepsi konvensional tentang apa seni seharusnya. Ini menolak gagasan “konsumen” bahwa seni harus indah atau dalam beberapa hal secara estetis menyenangkan bagi pemirsa.

Teori seni konseptual mengusulkan bahwa tujuan sebenarnya dari seni adalah untuk membuat pemirsa berpikir dan bukan untuk menyenangkan indra. Seni apa pun yang tidak membuat penonton berpikir adalah “berlebihan”. Teori ini menimbulkan pertanyaan apakah sesuatu bisa menjadi “seni”.

Kerangka konseptual seni dianggap telah menumbuhkan seni instalasi, seni pertunjukan, dan film konseptual dan fotografi. Konsep seni menolak lukisan dan patung konvensional karena tidak didasarkan pada ide tetapi pada prinsip-prinsip estetika. Karya menjadi tentang kerajinan seniman dan tidak membuat pemirsa berpikir.

Kritik terhadap seni konseptual mempertanyakan apakah karya seni apa pun yang mengklaim hanya tentang sebuah ide dapat sepenuhnya melibatkan pemirsa. Apalagi jika segala sesuatu berpotensi menjadi seni, tidak ada perbedaan yang nyata antara seni dan non seni. Seniman konsep melewatkan satu langkah dalam proses kreatif. Lebih tepat dikatakan bahwa segala sesuatu bisa menjadi subjek seni. Karena kekuatan transformatif dari proses artistik itulah sesuatu menjadi seni.

Para seniman konsep menanggapi kritik ini dengan argumen bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pembuatan objek lebih penting daripada objek itu sendiri. Yang dimaksud dengan objek lebih penting adalah objek itu sendiri. Fokus pemirsa harus pada makna daripada citra, dan ide daripada bakat komposisi seniman.

Kritikus lain menunjukkan bahwa tidak ada kontradiksi yang melekat dalam ide seni yang secara estetis kuat, disusun dengan hati-hati, dan menyebabkan pemirsa memikirkan ide-ide penting. Bahkan banyak yang dianggap seni besar mengandung unsur-unsur ini. Seni konseptual benar-benar tentang menganalisis sifat seni dan bukan menciptakannya. Analisis semacam ini masih dianggap sebagai stimulus penting bagi dunia seni rupa.