Apa itu Sefalosporin?

Sefalosporin adalah obat antibiotik yang biasa diresepkan untuk mengobati beberapa jenis infeksi yang berbeda. Ini juga merupakan profilaksis yang efektif, obat yang diberikan kepada pasien rawat inap sebelum operasi untuk mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan menghancurkan dinding sel bakteri dan menghancurkan struktur internal. Kebanyakan orang yang menggunakan sefalosporin seperti yang diarahkan oleh dokter mereka mengalami pemulihan penuh dalam satu sampai empat minggu, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan infeksi mereka.

Dokter mengklasifikasikan sefalosporin sebagai beta-laktum, kategori yang sama dengan penisilin dan beberapa antibiotik lainnya. Secara kimiawi, obat ini terdiri dari cincin beta-laktum yang mengganggu perkembangan dinding sel bakteri baru. Ketika dinding pelindung tidak dapat dibangun, bakteri tidak dapat berkembang dan bereplikasi.

Sefalosporin sering menjadi pilihan pertama untuk mengobati gangguan pernapasan akut dan kronis, termasuk pneumonia dan bronkitis. Ini juga sering diresepkan untuk infeksi telinga, infeksi saluran pencernaan, sinusitis, dan lesi kulit yang disebabkan oleh streptokokus atau stafilokokus. Ketika digunakan sebagai profilaksis sebelum operasi, obat tersebut mencegah bakteri memasuki bekas luka operasi dan menginfeksi jaringan.

Seorang dokter mungkin meresepkan sefalosporin dalam bentuk tablet oral larut, kapsul gel, atau larutan cair. Di rumah sakit, obat sering diberikan secara intravena atau disuntikkan langsung ke kulit atau jaringan otot yang terinfeksi. Jumlah dosis untuk resep oral bergantung pada banyak faktor yang berbeda, termasuk jenis infeksi tertentu dan usia serta kesehatan pasien. Kebanyakan orang dewasa diperintahkan untuk mengambil antara 200 dan 500 dosis miligram dua sampai tiga kali sehari selama sekitar dua minggu. Penting untuk mengikuti rekomendasi dokter dengan tepat untuk memastikan efek maksimal.

Risiko efek samping umumnya rendah, dan reaksi biasanya ringan jika ada. Efek samping sefalosporin yang paling umum termasuk sakit perut, kram perut, mual, dan demam ringan. Beberapa pasien mengalami nyeri dada, kelelahan, diare, dan dehidrasi. Dimungkinkan untuk memiliki reaksi alergi yang berpotensi serius ketika mengambil obat yang menyebabkan gatal-gatal dan penyempitan saluran napas. Pasien yang pernah mengalami reaksi alergi terhadap penisilin memiliki risiko paling tinggi terhadap sensitivitas sefalosporin karena obat-obatan tersebut memiliki susunan kimiawi yang sangat mirip.

Pasien umumnya mengalami pengurangan gejala dalam beberapa hari setelah mengonsumsi sefalosporin. Dengan banyak istirahat, tetap terhidrasi, dan mempertahankan dosis teratur, seseorang dapat berharap untuk bebas dari gejala dalam waktu kurang dari satu bulan. Infeksi yang menetap atau memburuk meskipun sudah minum antibiotik perlu ditangani kembali oleh dokter sehingga pengobatan lain dapat dipertimbangkan.