Penyakit kudis, juga dikenal sebagai scorbutus, adalah kondisi medis yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C. Jika tidak diobati, penyakit kudis bisa berakibat fatal, tetapi untungnya kondisi ini sangat mudah untuk diatasi, karena semua yang diperlukan untuk menghilangkan penyakit kudis adalah peningkatan vitamin. asupan C. Penyakit kudis relatif jarang terjadi di era modern, berkat pengetahuan luas tentang kebutuhan vitamin C, tetapi kadang-kadang muncul pada individu yang kekurangan gizi, bayi, dan orang tua.
Sejarah penyakit ini sudah kuno. Secara historis, itu sering terlihat pada pelancong dan pelaut, yang keduanya tidak memiliki akses ke buah-buahan dan sayuran segar. Hippocrates menulis tentang penyakit kudis, menunjukkan bahwa dia akrab dengannya, dan di Zaman Penjelajahan, penyakit kudis adalah masalah yang sangat serius di antara pelaut dan penumpang di kapal. Pada 1700-an, seorang peneliti bernama James Lind menetapkan hubungan antara konsumsi buah jeruk dan penurunan penyakit kudis, dan frekuensi penyakit menurun secara radikal. Penemuan Lind juga menyebabkan istilah slang “limau” untuk “pelaut,” mengacu pada jeruk nipis segar yang dikonsumsi untuk menghindari penyakit kudis.
Tanda-tanda awal penyakit kudis termasuk kelelahan dan nyeri sendi. Jika kondisi ini dibiarkan berkembang, ruam khas akan berkembang di kaki, selaput lendir akan mulai berdarah, bekas tempat patah tulang bisa terlepas, dan pasien akan mengalami kelemahan otot yang parah. Kekurangan vitamin C memungkinkan jaringan ikat tubuh pada dasarnya terlepas, memungkinkan darah bocor dengan bebas melalui pembuluh darah, dan menyebabkan kerusakan jangka panjang pada otot jika kondisi ini tidak segera diketahui.
Sekitar tujuh sampai 10 miligram vitamin C sehari akan mencegah penyakit kudis, yang berarti bahwa satu jeruk mengandung lebih dari empat kali vitamin C yang diperlukan. Pengobatan untuk kekurangan vitamin C biasanya melibatkan asupan vitamin C yang sangat tinggi, disertai dengan buah-buahan dan sayuran segar. untuk mengatasi kekurangan yang sering menyertai penyakit kudis. Vitamin C juga bisa sulit diserap jika disajikan sendiri, jadi menggabungkannya dengan makanan dan mendistribusikan dosis di beberapa makanan memastikan bahwa tubuh mendapat kesempatan untuk menyerap sebanyak mungkin.
Bayi terkadang berisiko terkena penyakit kudis jika mereka diberi susu formula, karena susu yang dipasteurisasi kekurangan vitamin C. Orang tua juga dapat terkena penyakit kudis karena kekurangan makanan; “kudis duda”, misalnya, muncul pada orang tua yang tidak mampu memasak sendiri. Orang dengan anoreksia dan gangguan makan lainnya dapat mengembangkan penyakit kudis juga, di samping sejumlah masalah lain yang terkait dengan ketidakcukupan diet yang tak terelakkan yang menyertai gangguan makan.