Setelah operasi ortopedi, banyak orang yang diberi resep alat bantu gerak seperti kruk atau alat bantu jalan. Pasien yang menderita penyakit otot degeneratif mungkin harus mengandalkan alat bantu jalan atau bahkan kursi roda untuk mobilitas. Masalah dengan banyak alat bantu mobilitas ini adalah bahwa alat tersebut tidak mendukung gaya berjalan ‘normal’. Pengguna kruk atau alat bantu jalan standar tidak dapat berputar atau mengubah arah dengan mudah, sedangkan pengguna kursi roda seringkali membentuk ketergantungan fisik dan psikologis pada kursi. Untuk mengatasi masalah mobilitas terbatas ini, semakin banyak dokter dan ahli ortopedi merekomendasikan alat bantu jalan yang dikenal sebagai rollator.
Rollator telah digunakan di negara-negara Skandinavia dan Eropa selama bertahun-tahun, tetapi baru belakangan ini menjadi populer di Amerika Serikat. Rollator paling baik digambarkan sebagai alat bantu jalan standar yang dibawa ke ekstrem. Empat ban besar menggantikan dua roda kecil dan dua tiang walker. Pegangan dari fitur rem kaliper rollator, seperti sepeda sepuluh kecepatan. Pengguna dapat menekan rem tangan ini untuk mengunci roda pada tempatnya, atau melepaskannya untuk terus berjalan.
Rollator juga berisi keranjang besar untuk tujuan penyimpanan, bersama dengan kursi kanvas dan sandaran di antara pegangan. Kursi ini memungkinkan pengguna untuk beristirahat sejenak jika diperlukan. Area penyimpanan rollator seringkali lebih besar dan lebih stabil daripada lampiran keranjang kawat walker standar. Karena desainnya yang dapat dilipat, rollator juga dapat dilipat dan disimpan di bagasi mobil atau kursi belakang. Walker standar dapat dilipat menjadi tiga, tetapi tidak sekompak rollator.
Namun, ada beberapa kelemahan yang terkait dengan penggunaan rollator. Karena teknologi di balik rollator sangat baru, ada beberapa studi jangka panjang yang tersedia tentang sifat mekaniknya. Ini menjadi perhatian ahli bedah ortopedi dan dokter, karena alat bantu jalan yang tidak tepat pada akhirnya dapat lebih berbahaya daripada baik bagi pasien yang pulih dari operasi. Beberapa tes yang dilakukan pada sukarelawan yang menggunakan rollator untuk mobilitas memang mengungkapkan beberapa anomali.
Rollator cenderung menahan berat pengguna setinggi pinggul, yang dapat menghilangkan banyak tekanan pada pergelangan kaki dan lutut saat berjalan. Masalah dengan pergeseran dalam menahan beban ini adalah rentang gerak yang lebih terbatas dari waktu ke waktu. Rollator memungkinkan pengguna untuk mengubah arah dengan lebih mudah, tetapi itu tidak selalu mendorong mekanika tubuh alami yang kita semua gunakan untuk berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang menghadapi rehabilitasi jangka pendek dapat melakukan lebih baik dengan kruk atau alat bantu jalan standar, sementara mereka yang memiliki masalah mobilitas jangka panjang mungkin menemukan lebih banyak manfaat dari rollator.