Ketika seseorang berinvestasi, ada beberapa kategori risiko yang terlibat. Salah satunya disebut sebagai risiko reinvestasi. Situasi ini muncul ketika dana yang diinvestasikan menghasilkan pendapatan yang setelah diinvestasikan kembali akan dikenakan tingkat pengembalian yang lebih rendah. Istilah ini umumnya digunakan ketika mempertimbangkan investasi pendapatan tetap yang telah menetapkan tanggal jatuh tempo seperti sertifikat deposito (CD) dan obligasi.
Ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum seseorang dapat sepenuhnya memahami risiko reinvestasi. Pertama-tama, seseorang perlu tahu bahwa ketika investasi berhasil, uangnya akan tumbuh. Pertumbuhan ini, biasanya dalam bentuk bunga atau dividen, dapat dibayarkan kepada investor atau dapat diinvestasikan kembali untuk pertumbuhan lebih lanjut.
Seseorang juga perlu mengenal istilah “tingkat pengembalian”. Ini mengacu pada jumlah yang diperoleh investasi tertentu. Misalnya, jika seseorang membeli $100 Dolar Amerika Serikat (USD) CD dan pada akhir tahun memiliki $110 USD, tingkat pengembaliannya adalah 10 persen.
Jika investor memilih untuk membiarkan $110 USD tetap berada di CD selama satu tahun lagi, dia akan menginvestasikan kembali. Pada akhir periode ini, dia mungkin mendapati bahwa $110 USD miliknya hanya menghasilkan $5.50 USD, yang merupakan tingkat pengembalian 5 persen. Oleh karena itu, investor ini telah menjadi korban risiko reinvestasi karena investasi awalnya sebesar $100 USD memiliki tingkat pengembalian dua kali lipat dari dana yang diinvestasikan kembali.
Ada sejumlah faktor yang dapat menciptakan situasi seperti ini. Suku bunga yang fluktuatif adalah salah satu contohnya. Dalam kasus obligasi, risiko reinvestasi biasanya terjadi ketika pinjaman dilunasi lebih awal.
Dalam situasi ini, investor sering menemukan bahwa peluang investasi tertentu dapat dihilangkan sama sekali. Obligasi diterbitkan untuk membantu menghasilkan pendapatan langsung, umumnya untuk bisnis besar atau lembaga pemerintah. Dana yang digunakan untuk membeli obligasi akan dibayarkan kembali kepada pemegang obligasi di kemudian hari. Jangka waktu bertahun-tahun biasanya ditetapkan untuk pembayaran kembali.
Selama rentang waktu ini, pemegang obligasi memperoleh bunga atas uang yang terutang kepadanya. Namun, jika obligasinya ditetapkan untuk jatuh tempo dalam 10 tahun, tetapi semua uang dilunasi dalam delapan tahun, dia tidak hanya kehilangan bunga senilai dua tahun tetapi dia harus menemukan peluang investasi lain. Peluang bahwa ia dapat memperoleh lebih sedikit dari peluang baru daripada dari obligasi aslinya adalah risiko reinvestasi.