Appellant brief adalah argumen tertulis yang diajukan ke pengadilan yang lebih tinggi oleh pihak yang kalah di pengadilan yang lebih rendah, yang dikenal sebagai pemohon banding. Singkatan tersebut digunakan untuk mencoba membujuk pengadilan banding untuk membalikkan atau mengubah keputusan pengadilan yang lebih rendah atau untuk memerintahkan pengadilan ulang atau hukuman ulang. Ini mencakup fakta-fakta kasus serta argumen hukum, dan pengadilan mungkin tidak memerlukan pemohon banding untuk mengklarifikasi poin dalam argumen lisan. Sebuah ringkasan pemohon berisi kutipan dan diskusi dari undang-undang yang relevan dan kasus hukum untuk mendukung argumen yang disajikan. Pemohon dapat mengajukan pro se singkat, atau pengacara banding dapat menulis dan menyerahkan brief atas namanya.
Pemohon seringkali memiliki waktu yang terbatas untuk mengajukan banding atas keputusan pengadilan yang lebih rendah setelah keputusan pengadilan dan keputusan akhir dimasukkan. Tujuan banding adalah untuk menyoroti kesalahan atau ketidakadilan yang diyakini oleh pemohon telah dibuat. Undang-undang pemohon banding sering kali mengharuskan pemohon banding menyerahkan ringkasan sebagai bagian dari proses banding. Pihak yang menang di pengadilan yang lebih rendah juga mengajukan brief yang disebut sebagai appellee brief. Tujuan dari ringkasan itu adalah untuk menyatakan bahwa putusan pengadilan harus tetap berlaku dan tidak ada kesalahan yang dibuat oleh hakim pengadilan yang lebih rendah.
Fokus utama dari ringkasan pemohon adalah untuk memperdebatkan poin-poin hukum. Proses banding tidak sering digunakan untuk menyajikan fakta baru atau untuk meninjau bukti baru. Misalnya, seorang pemohon banding dalam banding pidana mungkin tidak dapat mengajukan banding dengan bukti baru yang membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Dia harus menunjukkan bahwa itu adalah kesalahan di pihak hakim pengadilan pengadilan untuk menolak masuknya bukti itu berdasarkan hukum. Pengadilan banding akan memiliki pilihan untuk mengirim kasus itu kembali untuk diadili ulang, tetapi tidak dapat memeriksa bukti untuk membatalkan keyakinan.
Dalam beberapa kasus, pemohon banding mungkin dapat mengajukan brief kedua sebagai tanggapan atas brief penerima banding. Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah hukum yang didalilkan oleh banding karena pengadilan banding tidak dapat mendengarkan argumen lisan. Pengadilan mungkin memerlukan argumen lisan sehingga pemohon banding dan terbanding dapat mengklarifikasi poin-poin yang mereka buat dalam brief. Argumentasi lisan seringkali bukan merupakan kesempatan bagi para pihak untuk mengajukan bukti baru atau argumen baru yang tidak tercakup dalam ringkasan.