Apa itu Retardasi Emosional?

Keterbelakangan emosional mengacu pada perkembangan emosi yang melambat atau stagnan. Beberapa gejala mencirikan jenis gangguan perkembangan ini, termasuk kurangnya emosi yang halus atau kompleks dan berkurangnya kapasitas atau ketidakmampuan untuk mengalami emosi empati. Karena sering merupakan gejala dari kondisi mental atau fisiologis yang mendasarinya, penilaian yang cermat oleh psikolog atau ahli saraf sering diperlukan jika gejala muncul.

Orang yang menderita keterbelakangan emosional umumnya mengalami kesulitan dalam mengalami emosi atau mengekspresikan emosinya. Seringkali, keterlambatan perkembangan pada mereka dengan kondisi ini membuat pasien sulit atau tidak mungkin untuk belajar dan menjadi dewasa melalui pengalaman emosional, yang mengarah ke tingkat pertumbuhan emosional yang mandek. Pasien mungkin tidak dapat sepenuhnya menjelaskan, mengalami, atau mengungkapkan apa yang oleh beberapa psikolog disebut emosi “halus” atau “kompleks”, seperti belas kasih atau kekhawatiran.

Dalam beberapa kasus, pasien tidak sepenuhnya mengembangkan kapasitas untuk memperhatikan dan merespon isyarat sosial, dan mungkin mengalami kesulitan berinteraksi dalam kelompok atau dalam percakapan satu lawan satu. Aspek ini mungkin bersamaan dengan gangguan belajar sosial, seperti autisme, yang dapat menyulitkan beberapa pasien untuk berteman atau menjalin hubungan. Gejala lain yang mungkin hadir dengan keterbelakangan emosional termasuk perubahan suasana hati, kecemasan tinggi, depresi, serangan panik, dan harga diri atau gangguan citra tubuh.

Keterbelakangan emosional umumnya merupakan gejala, bukan gangguan itu sendiri. Ini dapat menjadi karakteristik dari lusinan gangguan mental yang berbeda, termasuk skizofrenia, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian. Ini mungkin datang bersamaan dengan gangguan perkembangan mental atau fisik, atau mungkin ada dengan sendirinya. Karena kisaran kemungkinan penyebabnya sangat besar, sangat sulit untuk mengidentifikasi penyebab atau faktor-faktor yang bertanggung jawab, dan hampir tidak mungkin tanpa bantuan profesional. Bahkan dengan bantuan psikolog dan ahli saraf, pasien dapat melalui periode diagnostik yang panjang sebelum penyebab pastinya dapat ditentukan, dan meskipun demikian, tidak ada penjelasan lengkap yang dapat dijamin.

Selain gangguan mental dan emosional, kemungkinan penyebab lain dari masalah perkembangan emosional termasuk trauma fisik atau emosional yang ekstrem. Pasien yang mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan seksual, kecelakaan serius, atau situasi yang mengancam jiwa dapat mengembangkan gangguan emosional yang dapat muncul sebagai keterbelakangan emosional. Sementara asal traumatis mungkin lebih sering terjadi pada gangguan emosional yang ditemukan pada anak-anak dan remaja, trauma juga dapat menyebabkan masalah emosional yang parah bagi orang dewasa. Baik anak-anak dan orang dewasa yang menunjukkan gejala keterbelakangan emosional setelah trauma dapat mengambil manfaat dari penilaian dan pengobatan psikologis.

Sementara masalah perkembangan emosional dapat menyebabkan tantangan yang cukup besar dalam kehidupan pasien dan keluarga mereka, situasinya seringkali jauh dari harapan. Setelah didiagnosis dengan benar, pasien dapat mulai belajar lebih banyak tentang manajemen dan pandangan kondisinya, bekerja dengan dokter dan terapis untuk merancang strategi manajemen. Pasien dengan keterbelakangan emosional sering memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang penuh, sukses, dan bahagia, bahkan jika gejalanya berlanjut.