Apa itu Polusi Laut?

Polusi laut mengacu pada kontaminasi laut, terutama dengan limbah atau produk sampingan buatan manusia. Ini dianggap sebagai masalah parah oleh banyak pemerhati lingkungan, karena dapat memiliki efek yang merugikan dan bertahan lama pada ekosistem laut global. Ada beberapa jenis pencemaran laut, yang masing-masing berpotensi merusak keseimbangan kehidupan yang rapuh.

Sejumlah sumber dapat menghasilkan polusi laut. Sumber yang langsung membuang sampah ke perairan dikenal sebagai sumber titik. Polusi sumber non-titik lebih sulit dikenali, dan karenanya lebih sulit diatur. Ini terjadi ketika polusi berasal dari beberapa sumber yang sulit ditentukan, seperti puing-puing yang terhempas ke laut oleh hembusan angin.

Sampah laut biasanya meliputi sampah plastik yang dibuang oleh manusia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pencemaran laut ini dapat membahayakan biota laut, seperti ikan atau lumba-lumba. Hewan bisa terjerat benda-benda seperti jaring ikan tua atau tempat plastik six pack, atau mereka bisa mati lemas jika terjebak dalam kantong plastik. Jika puing-puing itu menyerupai makanan hewan, itu juga bisa tertelan, dan kemungkinan besar, hewan itu tidak akan bisa mencernanya.

Sampah dan puing-puing laut lainnya terkadang berakhir menutupi garis pantai pulau-pulau di tengah pusaran laut, yang merupakan arus laut yang bersirkulasi besar. Hawaii, misalnya, berada di tengah-tengah Pusaran Pasifik Utara. Karena banyaknya puing-puing yang ditemukan di sini, sering disebut sebagai Great Pacific Garbage Patch. Salah satu sumber utama sampah laut adalah kontainer yang jatuh dari kapal, yang isinya berakhir di pantai di seluruh dunia.

Kapal dan kapal laut lainnya merupakan kontributor utama pencemaran laut. Tumpahan minyak dapat membahayakan kehidupan laut dan seringkali membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk dibersihkan. Kapal-kapal ini juga dapat memperkenalkan spesies hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme non-asli ke habitat baru ketika mereka membuang air pemberatnya. Hal ini dapat menyebabkan ekosistem yang tidak seimbang karena spesies baru ini memangsa dan bersaing dengan spesies asli di daerah tersebut.

Kapal, kapal besar, dan kapal selam juga merupakan sumber utama polusi suara di lautan dan lautan. Karena suara merambat lebih jauh di dalam air daripada di udara, suara seperti sonar dapat menempuh jarak bermil-mil. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada hewan yang mengandalkan kebisingan untuk berkomunikasi satu sama lain atau mencari mangsa.

Racun, seperti bahan kimia, logam tertentu, dan limbah radioaktif, adalah bentuk lain dari polusi laut. Zat beracun ini sering memiliki efek berbahaya pada kehidupan laut dan dapat terakumulasi dalam tubuh mereka. Merkuri yang merupakan produk limbah dari beberapa jenis pembangkit listrik terakumulasi dalam ikan. Tuna albacore dan ikan todak dengan kadar merkuri yang tinggi dianggap tidak aman dikonsumsi, terutama untuk ibu menyusui, ibu hamil, dan anak-anak.

Nutrisi kimia, seperti nitrogen dan fosfor yang digunakan dalam pupuk, yang secara tidak sengaja dilepaskan ke laut juga berkontribusi terhadap pencemaran laut. Ini sering membuatnya menjadi badan air karena limpasan pertanian. Kelebihan jumlah jenis nutrisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan alga yang berlebihan. Proses ini, yang dikenal sebagai eutrofikasi, seringkali dapat menyebabkan berkurangnya oksigen di dalam air.

Jumlah oksigen di dalam air juga berkurang seiring dengan semakin hangatnya air. Ini bisa terjadi ketika air yang digunakan sebagai pendingin oleh pabrikan industri dan pembangkit listrik dibuang ke sungai dan lautan. Karena air yang lebih hangat mengandung lebih sedikit oksigen, beberapa spesies merasa lebih sulit untuk bertahan hidup dan mungkin mati. Jenis pencemaran laut ini disebut pencemaran termal.

Pengasaman lautan dunia adalah perhatian lain dari banyak pencinta lingkungan. Laut secara alami menyerap karbon dioksida, dan karena jumlah karbon dioksida di atmosfer meningkat, jumlah yang diserap laut juga meningkat. Hasilnya adalah tingkat pH yang lebih rendah di lautan, yang dapat mengganggu ekosistem laut yang rapuh. Banyak peneliti percaya bahwa air yang lebih asam dapat mempersulit beberapa kerang untuk membentuk cangkangnya. Penghilangan terumbu karang juga dituding sebagai penyebab pengasaman laut.