Apa itu Politik Tubuh?

Istilah “badan politik” digunakan untuk menggambarkan orang-orang dari suatu pemerintahan secara keseluruhan, mulai dari pemimpin pemerintahan hingga warga negara biasa. Beberapa orang menggambarkan pemerintah itu sendiri sebagai badan politik, tidak termasuk warga negara, tetapi lebih umum, istilah ini mengacu pada pemerintah dan rakyat sebagai kolektif. Gagasan di balik konsep tersebut adalah bahwa pemerintah yang sehat harus fokus seperti tubuh manusia yang sehat.

Konsep ini cukup kuno; orang Yunani, misalnya, kadang-kadang menggunakan tubuh sebagai metafora untuk menggambarkan negara, seperti yang dilakukan orang-orang di India. Namun, istilah “politik tubuh” biasanya dikreditkan ke penulis Thomas Hobbes, yang menyebutkannya dalam bukunya tahun 1651 Leviathan. Penulis-penulis selanjutnya menjalankan gagasan itu, kadang-kadang menghasilkan garis-garis pemikiran yang rumit untuk membicarakan subjek tersebut.

Ketika mempertimbangkan masyarakat mana pun, banyak orang berpikir bahwa penting untuk melihat peran masyarakat, mengingat masyarakat secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, pemerintahan hanya ada dengan kehendak rakyat, dan pendapat rakyat memiliki dampak besar pada sifat pemerintahan. Dalam kasus lain, kerusuhan di antara orang-orang dapat menyebabkan masalah di kepala, bahkan jika dia tidak memerintah dengan persetujuan rakyat. Sementara kepala negara dapat menjadi kepala badan politik, kepala tidak dapat berfungsi dalam ruang hampa. Dibutuhkan bagian tubuh lain untuk bertahan hidup, seperti kabinet yang mendukung, legislatif, dan rakyat yang bersedia.

Kolumnis opini sering berbicara tentang tubuh politik ketika mereka ingin menekankan gagasan bahwa masyarakat harus berfungsi secara keseluruhan. Ini juga dapat dikritik sebagai kolektif ketika segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik, dengan logika bahwa karena semua anggota masyarakat bertanggung jawab atas fungsi masyarakat, setiap orang bersalah ketika masyarakat sedang berjuang. Filsuf, ekonom, dan ahli teori politik juga suka mengeksplorasi konsep tubuh politik, dengan interpretasi baru dari konsep ini yang muncul secara teratur dalam jurnal dan buku ilmiah.

Selain muncul dalam arti politik, tubuh politik juga kadang digunakan dalam arti agama. Gereja terkadang memandang dirinya sebagai politik tubuh, memandang Tuhan sebagai kepala tubuh, dan Gereja sebagai jantungnya. Arti metafora ini paling sering muncul di Gereja Katolik, meskipun cabang-cabang lain dari iman Kristen dapat menggunakannya juga, menekankan sifat saling berhubungan antara Allah, Gereja, dan umat beriman.