Apa itu Pinggiran Kota?

Pinggiran kota adalah wilayah perkotaan, berdekatan dan secara ekonomi saling berhubungan dengan wilayah metropolitan yang lebih besar. Pinggiran kota biasanya merupakan komunitas perumahan, dan sebagian besar populasi pinggiran kota cenderung pergi ke komunitas inti metropolitan. Pinggiran kota biasanya memiliki kepadatan penduduk yang lebih rendah daripada kota-kota pusat dengan tingkat urban sprawl yang lebih besar. Kehidupan di pinggiran kota, khususnya di pinggiran kota Amerika, umumnya membutuhkan akses ke mobil.

Pinggiran kota pertama kali muncul di Eropa dan Amerika sebagai respons terhadap perkembangan sistem kereta api komuter di akhir abad ke-19. Jaringan kereta api ini memungkinkan kelas menengah untuk bekerja di daerah pusat kota tetapi tinggal jauh dari pusat kota yang padat dan kotor. Munculnya sistem mobil dan jalan raya semakin mendorong pertumbuhan komunitas pinggiran kota. Pinggiran kota sering dikaitkan dengan Amerika Serikat, dan pinggiran kota Amerika yang khas adalah Levittown, yang terletak di Long Island dan dirancang untuk menyediakan rumah bagi orang Amerika kelas menengah yang ingin pindah dari New York.

Levittown, produk dari tahun-tahun booming setelah Perang Dunia II, adalah yang pertama dari banyak pinggiran kota Amerika yang memiliki rumah keluarga tunggal, ritel terdistribusi, dan jaringan jalan yang luas yang dirancang untuk memfasilitasi arus masuk dan keluar komuter daripada lalu lintas yang stabil. Pinggiran kota tumbuh dengan cepat di seluruh dunia selama tahun-tahun pascaperang, meskipun tidak selalu dalam model Amerika. Moskow memperoleh pinggiran kotanya sendiri, yang ditentukan bukan oleh bermil-mil jalan raya, tetapi berdasarkan peringkat demi peringkat kompleks apartemen yang menjulang tinggi dan koneksi angkutan massal ke pusat kota.

Sejarah pinggiran kota di Amerika dikaitkan dengan beberapa tren sosial yang kontroversial. Pinggiran kota, terutama selama abad ke-20, cenderung jauh lebih putih daripada daerah perkotaan. Orang kulit putih perkotaan sering memanfaatkan mobilitas mereka yang lebih besar untuk meninggalkan lingkungan perkotaan dengan ras campuran. Ini cenderung menghasilkan pinggiran kota putih dan kota-kota dalam hitam, sebuah pola yang mendominasi lanskap pinggiran kota Amerika untuk sebagian besar abad ke-20, meskipun pola itu mulai rusak setelahnya. Segregasi rasial ini disertai segregasi keuangan, dengan pinggiran kota menjadi lebih makmur daripada daerah perkotaan yang lebih tua sepanjang abad ke-20.

Urban sprawl biasanya dilihat sebagai warisan pertumbuhan pinggiran kota di Amerika. Di kota-kota seperti Chicago dan Los Angeles, setiap pinggiran kota baru membutuhkan pengembangan lahan yang luas, seringkali lahan pertanian yang subur. Kritikus berpendapat bahwa perumahan dengan kepadatan rendah yang khas di pinggiran kota Amerika adalah model yang sangat buruk untuk penggunaan lahan, dan bahwa daerah perkotaan yang lebih kecil dan lebih padat adalah alternatif yang lebih baik, asalkan dirancang dan dipelihara dengan baik.