Apa itu Piket?

Piket adalah gaya protes di mana para pekerja yang mogok berkumpul di luar tempat kerja untuk membuat publik mengetahui tujuan mereka. Para pengunjuk rasa biasanya membawa tanda-tanda yang merinci keluhan mereka dengan majikan, dan mereka juga membagikan brosur informasi. Selain mengingatkan masyarakat akan masalah perburuhan, piket juga menghalangi pekerja tidak tetap, yang biasa disebut koreng. Karena seseorang harus secara aktif melewati garis piket untuk memasuki tempat kerja, demonstrasi tersebut dirancang untuk mempermalukan orang-orang yang bersedia bekerja saat perselisihan perburuhan sedang diselesaikan.

Asal usul istilah “piket” mungkin terletak pada patok yang digunakan untuk menahan tanda protes, yang menyerupai patok yang digunakan untuk membuat pagar piket. Rambu-rambu tersebut membuat pengunjuk rasa sangat terlihat, bahkan dari jarak yang sangat jauh, memungkinkan protes untuk membuat dampak yang terlihat. Jenis demonstrasi yang paling umum adalah piket massal, di mana karyawan berkumpul di depan tempat kerja yang bersangkutan. Karyawan juga dapat terlibat dalam piket sekunder, yang menargetkan bisnis yang membeli produk yang dibuat oleh perusahaan, atau rumah eksekutif perusahaan. Beberapa serikat pekerja juga mengadakan demonstrasi keliling yang dikenal sebagai “piket terbang” yang dapat bergerak cepat dari satu lokasi ke lokasi lain, sebelum perusahaan memiliki kesempatan untuk membubarkan antrean.

Kebanyakan piket dimaksudkan untuk tidak melakukan kekerasan, dengan tujuan keseluruhan adalah untuk menekan perusahaan agar memenuhi tuntutan serikat pekerja. Ini dicapai baik dengan mempermalukan perusahaan dengan perhatian publik dan melalui penghentian kerja melalui pemogokan. Dalam beberapa kasus, piket dapat menjadi mengganggu, dengan pengunjuk rasa menjadi sangat keras atau agresif. Hal ini sering terjadi pada piket yang diadakan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial, seperti demonstrasi di depan klinik aborsi.

Orang-orang yang mendukung tujuan penyelenggara buruh akan berusaha menghindari melewati batas. Ini bisa menjadi masalah ketika pekerja di universitas dan lembaga publik lainnya mogok, memaksa anggota staf lain, serta masyarakat umum, untuk memilih antara tidak masuk kerja atau sekolah, atau melewati batas dan berpotensi merusak efektivitas protes. Rasa ketidaknyamanan etis yang disebabkan oleh situasi ini juga dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang masalah tersebut. Sebagian besar pemogok dengan senang hati terlibat dalam percakapan dengan orang-orang tentang tuntutan yang dibuat oleh serikat pekerja, dan bagaimana masyarakat dapat membantu memastikan bahwa tuntutan tersebut dipenuhi.

Bagi sebuah perusahaan, demonstrasi seperti ini dapat mewakili hilangnya pendapatan yang substansial. Di sebuah perusahaan yang sudah berserikat, garis piket merupakan upaya terakhir dalam negosiasi serikat, menunjukkan bahwa semua upaya tawar-menawar lainnya telah gagal. Anggota serikat menyadari dampak ekonomi yang disebabkan oleh piket, dan berharap untuk menggunakannya untuk leverage. Di perusahaan yang tidak berserikat, protes seperti ini terkadang membantu mempercepat proses serikat pekerja.