Perumpamaan modern adalah kisah moralistik dengan latar modern. Perumpamaan kontemporer datang dalam bentuk sastra tertulis, seperti puisi dan cerita, dan sebagai pidato atau khotbah. Cerita modern juga dapat disajikan sebagai film dan drama radio. Mereka dapat menjadi versi modern dari cerita lama atau mereka dapat menjadi cerita yang sama sekali baru. Perumpamaan modern dapat ditemukan di banyak budaya dan agama di seluruh dunia, dari perumpamaan Yesus hingga cerita rakyat Tiongkok kuno.
Perumpamaan adalah cerita yang dirancang untuk mengajarkan pendengar, pembaca, atau pemirsa satu moral sederhana. Karakternya cenderung hanya manusia, meskipun hewan normal mungkin muncul. Setiap cerita yang menampilkan dewa atau hewan mitos/berbicara adalah fabel. Penting untuk dicatat bahwa poin yang coba disampaikan oleh perumpamaan modern tidak buram, dan bahwa pada akhir cerita, semua orang mengerti apa yang coba dikatakan oleh cerita itu.
Ada dua jenis utama perumpamaan modern. Jenis pertama adalah menceritakan kembali secara langsung sebuah perumpamaan kuno, tetapi dalam setting yang lebih modern. Tipe kedua adalah cerita model baru yang mungkin dimulai dengan moral kuno, tetapi menciptakan cerita yang sama sekali baru darinya.
Perumpamaan Kristen populer yang sering diubah menjadi perumpamaan modern adalah tentang Orang Samaria yang Baik Hati. Kisah itu terkenal; itu menampilkan seorang Samaria yang membantu seorang musafir yang terluka, meskipun seorang imam dan seorang Lewi tidak. Perumpamaan itu berhasil bagi pembaca zaman dahulu karena para pendengar atau pembaca itu mengetahui permusuhan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Menceritakan kembali kisah tersebut secara modern, misalnya, seorang pria dari geng saingan membantu seorang gangster yang terluka, sedangkan gengnya sendiri membiarkannya mati.
Modernisasi sebuah perumpamaan adalah alat penting bagi para imam dan pemimpin agama lainnya. Mereka dapat digunakan selama khotbah dari mimbar, selama upacara, atau dalam tulisan-tulisan keagamaan. Dalam keadaan seperti itu, para pendeta mencoba memahami latar belakang jemaat untuk menyesuaikan cerita dengan mereka. Banyak pembuat film dan gereja Kristen telah menghasilkan versi modern dari perumpamaan Yesus sebagai film dan DVD independen.
Sebuah perumpamaan modern yang diciptakan sepenuhnya dimulai dengan poin moral. Pencipta kemudian menyempurnakan sebuah cerita dengan karakter yang lengkap dan latar atau konteks modern. Membuat perumpamaan baru mirip dengan membuat anekdot atau lelucon. Perbedaan antara sebuah perumpamaan dan lelucon adalah bahwa perumpamaan itu memiliki akhir moral daripada sebuah lelucon; namun, akhir moral membutuhkan waktu dan dampak yang sama dari garis pukulan yang bagus.
Frankenstein karya Mary Shelley adalah contoh yang baik dari perumpamaan modern. Moral utama adalah bahwa umat manusia tidak boleh menantang pekerjaan dan kemampuan Tuhan. Dr Frankenstein melakukan hal itu dengan menciptakan monsternya. Perumpamaan ini mengingatkan kembali pada kisah-kisah seperti Prometheus, yang memberikan api kepada umat manusia, dan Icarus, yang membuat sayapnya sendiri, tetapi terbang terlalu dekat dengan matahari. Ini juga memiliki tema yang mirip dengan Menara Babel, tetapi diceritakan dengan cara yang sama sekali baru.
Monster Frankenstein telah melahirkan jenis perumpamaan baru: perumpamaan sains. Saat inovasi ilmiah baru dibuat di dunia, perumpamaan baru tentang potensi masalah teknologi semacam itu dibuat. Contohnya termasuk The Fly and Splice, tetapi dapat dikatakan bahwa poin moral sering kali menjadi sekunder untuk mendongeng dan hiburan dalam film semacam itu.