Sebuah pertanyaan hipotetis adalah salah satu yang berhubungan dengan peristiwa yang mungkin terjadi, daripada apa yang telah atau belum benar-benar terjadi. Untuk mempersempit jumlah kemungkinan jawaban, penanya biasanya menetapkan parameter imajiner, seperti “Apa yang akan terjadi jika matahari padam?” Ini sering digambarkan sebagai situasi hipotetis. Seseorang yang mengajukan pertanyaan hipotetis mungkin sedang mencari, atau mengaku sedang mencari, jawaban yang tidak memihak. Tujuan yang biasa adalah untuk membayangkan skenario yang paling mungkin atau skenario yang mungkin terjadi dalam situasi hipotetis tertentu.
Pertanyaan hipotetis sering digunakan dalam retorika dan komunikasi publik, serta dalam percakapan sehari-hari. Mereka tidak boleh bingung dengan pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang diharapkan. Pertanyaan hipotetis diharapkan untuk dijawab, tetapi jawabannya tidak ada hubungannya dengan peristiwa aktual, setidaknya dalam teori. Dalam percakapan biasa, orang yang mengajukan pertanyaan hipotetis mungkin sebenarnya mencoba mencari tahu kemungkinan hasil dari tindakan yang dia pertimbangkan. Dalam wacana publik, pembicara mungkin juga memiliki motif tersembunyi untuk menggunakan pertanyaan hipotetis.
Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa jenis pertanyaan hipotetis tertentu dapat mempengaruhi orang yang mendengarnya, apakah si penanya menginginkannya atau tidak. Misalnya, pertanyaan “Seberapa besar kemungkinan Anda memilih Kandidat X?” cenderung secara halus melemparkan Kandidat X secara positif, terutama ketika ditanya oleh lembaga survei kandidat. Pertanyaan yang lebih netral mungkin adalah “Kandidat mana yang kemungkinan besar Anda pilih?” Pertanyaan-pertanyaan dalam opini publik dan survei ilmiah, di mana akurasi adalah yang terpenting, disusun untuk menekankan netralitas. Dalam periklanan dan hubungan masyarakat, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi dan membujuk publik, pertanyaan-pertanyaan dapat diucapkan dengan sengaja untuk memajukan tujuan-tujuan ini.
“Pertanyaan hipotetis” juga merupakan istilah hukum dalam sistem peradilan AS dan negara lain. Ini biasanya mengacu pada pertanyaan yang diajukan oleh seorang pengacara dalam kesaksian saksi. Secara umum, pertanyaan harus dibatasi pada bukti dan kesaksian khusus untuk kasus tersebut, dan pertanyaan hipotetis dapat mengakibatkan keberatan hukum. Namun, dalam beberapa kasus, pertanyaan hipotetis mungkin relevan. Seorang saksi ahli, misalnya, dapat menggambarkan kemungkinan terjadinya situasi hipotetis, selama itu sepenuhnya berada dalam bidang keahliannya.
Sains, khususnya fisika teoretis, juga bergantung pada pertanyaan dan situasi hipotetis. Ini kadang-kadang disebut “eksperimen pikiran”. Alih-alih menggambarkan situasi yang belum terjadi, mereka menggambarkan situasi yang belum sepenuhnya dipahami oleh sains. Dengan menerapkan semua fakta yang diketahui dan berspekulasi tentang hasilnya, para ilmuwan benar-benar dapat mencapai wawasan dan memajukan pengetahuan melalui eksperimen pemikiran ini. Praktik ini sangat berguna untuk bidang ilmiah di mana observasi dan eksperimen tidak praktis atau tidak mungkin, seperti mekanika kuantum atau astrofisika.