Periode Art Nouveau, dari sekitar tahun 1895 hingga sekitar tahun 1915, adalah era ketika seniman menciptakan gaya baru yang paling terkenal tercermin dalam perhiasan, perabotan, desain interior, dan arsitektur. Banyak benda biasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti sendok garpu dan peralatan makan, dibuat dengan gaya Art Nouveau selama periode ini, karena seniman sekolah ingin menggabungkan kepekaan artistik dengan kegunaan. Karya-karya periode Art Nouveau biasanya memiliki ciri-ciri tertentu, seperti garis-garis yang panjang dan mengalir, penekanan pada objek-objek dari alam, dan obsesi terhadap sosok feminin. Skema warna seringkali sangat diremehkan, dan terfokus pada nuansa hijau, coklat, dan kuning yang kusam ditambah dengan nuansa ungu, lavender, dan biru.
Sekolah seni yang dikenal sebagai Art Nouveau paling populer di Inggris, Jerman dan Prancis, dengan masing-masing negara menciptakan gaya Art Nouveau mereka sendiri. Karya-karya Prancis Art Nouveau umumnya dikenal dengan penggunaan garis-garis untuk membuat figur, terutama figur tumbuhan dan feminin. Sosok wanita, terutama dengan rambut panjang yang tergerai, adalah hiasan populer pada karya Art Nouveau. Karya Art Nouveau Inggris mengambil pengaruh mereka dari warisan pra-Romawi negara itu, dengan penekanan pada garis bersih yang digunakan untuk membentuk pola yang terinspirasi Celtic.
Banyak karya dari periode Art Nouveau menekankan tema alam dan alam. Sejarawan seni percaya bahwa kemajuan botani sepanjang abad ke-19 mendorong penciptaan peralatan rumah tangga, perhiasan, perabotan, dan perkembangan arsitektur yang terinspirasi secara artistik yang memberi penghormatan kepada alam. Oleh karena itu, banyak karya dari periode Art Nouveau menggabungkan bunga, ular, dan serangga ke dalam desainnya yang mengalir dan terinspirasi dari rococo. Anggrek, bunga poppy, dan bunga iris sering disertakan dalam desain Art Nouveau, seperti halnya capung, burung, dan kupu-kupu.
Pengrajin yang bekerja selama periode Art Nouveau memberontak terhadap sifat utilitarian, diproduksi secara massal, dan tidak imajinatif dari banyak barang konsumen yang ditawarkan selama bagian akhir abad ke-19. Produksi massal barang-barang konsumsi masih dalam masa pertumbuhan saat ini, dan banyak pengrajin dari aliran Art Nouveau percaya bahwa barang-barang produksi massal awal ini tidak memiliki keindahan estetika. Karya-karya periode Art Nouveau malah dipengaruhi oleh karya seni rococo abad sebelumnya. Banyak yang percaya bahwa pengaruh seni Jepang dapat dilihat dalam karya Art Nouveau, karena karya seni Jepang cukup populer di Eropa pada awal abad ke-19.