Pendarahan antepartum adalah pendarahan vagina yang terjadi selama kehamilan lanjut hingga kelahiran. Hal ini umumnya disebabkan oleh kesulitan dengan perlekatan plasenta ke rahim yang menyebabkan robekan atau pecahnya jaringan. Bergantung pada penyebab yang mendasarinya, itu bisa tidak menimbulkan rasa sakit, atau disertai dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Seperti komplikasi obstetrik serupa, perdarahan antepartum diperlakukan dengan hati-hati, dengan melakukan USG dan rawat inap ibu untuk observasi. Transfusi darah dapat diterapkan dalam kasus perdarahan berkepanjangan.
Perdarahan obstetrik adalah komplikasi kehamilan yang relatif umum. Perdarahan antepartum dapat mengindikasikan perdarahan vagina yang terjadi kemudian pada kehamilan, setelah minggu ke-24 kehamilan. Sekitar 30% kematian ibu dalam kehamilan berkaitan dengan perdarahan antepartum, sehingga untuk keamanan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi pada ibu hamil dengan perdarahan pada akhir kehamilan. Rawat inap penting, karena jika tekanan darah turun dan perdarahan berulang, transfusi terkadang diperlukan untuk menjaga kestabilan ibu. Bahkan pendarahan sedang bisa mematikan bagi janin jika tidak diobati.
Plasenta previa adalah penyebab umum perdarahan antepartum. Seperti kebanyakan perdarahan trimester kedua dan ketiga, ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah mengalami kehamilan ganda dan/atau operasi caesar. Dalam kondisi ini, plasenta secara tidak benar menutupi segmen bawah rahim atau merobeknya, menghalangi serviks. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina dan menghambat jalur normal janin ke jalan lahir, membuat operasi caesar diperlukan. Tujuan perawatan medis adalah untuk menjaga situasi tetap stabil sampai 36-37 minggu, ketika persalinan dengan pembedahan memungkinkan.
Plasenta akreta menginduksi perdarahan vagina melalui komplikasi di mana plasenta menjadi tertanam dalam di dinding rahim. Kondisi plasenta previa dan operasi caesar sebelumnya meningkatkan risiko plasenta akreta, seperti halnya merokok. Pengeluaran plasenta sangat sulit dan dapat merobek rahim, menyebabkan perdarahan segera dan cepat. Perawatan yang berhasil berpusat pada meminimalkan komplikasi bagi ibu dan janin dengan menjadwalkan operasi caesar, yang sering disertai dengan histerektomi.
Robekan prematur plasenta dari rahim adalah penyebab perdarahan antepartum yang lebih jarang. Terkadang pendarahan vagina terjadi di akhir kehamilan dari sumber selain rahim atau plasenta, seperti cedera pada leher rahim. Selama permulaan persalinan, perdarahan pervaginam relatif sering terjadi. Tidak ada cara langsung untuk mencegah plasenta akreta atau plasenta previa, tetapi faktor risikonya, seperti merokok dan jaringan parut rahim, dapat dikurangi. Pengobatan segera anemia, hipovolemia, dan komplikasi terkait perdarahan sangat mengurangi risiko kematian.