Pengembalian yang diharapkan adalah nilai yang diharapkan investor dari suatu aset untuk mendapatkan atau kehilangan rata-rata selama periode waktu tertentu. Lebih tepatnya, ini adalah jumlah dari semua hasil keuangan yang mungkin dari suatu aset yang ditimbang dengan kemungkinan terjadinya hasil tersebut. Mudah dihitung menggunakan diagram pohon, jika suatu aset memiliki peluang 70 persen untuk menghasilkan 6 persen dan peluang 30 persen untuk menghasilkan 9 persen dalam setahun, maka pengembalian aset yang diharapkan dihitung sebagai 6.9 persen. Bunga, dividen, dan keuntungan dan kerugian modal dari aset mempengaruhi pengembalian yang diharapkan. Juga disebut sebagai pengembalian rata-rata, ini adalah prediktor terbaik investor untuk perilaku pasar masa depan.
Pengembalian Aktual versus Pengembalian yang Diharapkan
Berbeda dengan pengembalian yang diharapkan, pengembalian aktual adalah jumlah yang dilaporkan yang diperoleh atau hilang dari suatu aset selama periode tertentu. Pengembalian total adalah pengembalian aktual aset selama cakrawala investasi, termasuk tingkat reinvestasi. Sangat tidak mungkin bahwa pengembalian aktual aset akan persis sama dengan pengembalian yang diharapkan, sehingga aset dianggap “on stream” jika pengembalian aktual dan ekspektasinya cukup dekat. Jika suatu aset secara signifikan berkinerja buruk atau mengungguli pengembalian yang diprediksi, maka itu disebut pengembalian abnormal, yang mungkin terjadi karena merger, perubahan suku bunga, atau tuntutan hukum, yang semuanya mempengaruhi aset tertentu dan bukan pasar secara keseluruhan.
Metode Prediksi
Untuk mendeteksi dan memanfaatkan pengembalian abnormal, investor mengandalkan berbagai metode untuk secara akurat memprediksi pengembalian yang diharapkan dari suatu aset. Selain perhitungan diagram pohon yang disebutkan sebelumnya, metode sederhana lainnya adalah mengambil rata-rata historis dari pengembalian tahunan masa lalu. Rata-rata historis bukanlah perkiraan yang buruk jika sebuah perusahaan memiliki sejarah panjang, memiliki data historis yang akurat, dan hanya membuat sedikit perubahan dalam struktur, kebijakan, dan strateginya. Di sisi lain, perhitungan tidak mempertimbangkan volatilitas, yang merupakan ukuran variasi harga opsi investasi dari tahun ke tahun, dan oleh karena itu merupakan perkiraan yang agak primitif.
Aset Bebas Risiko
Beberapa ekonom telah memperhatikan bahwa aset bebas risiko, seperti obligasi, memiliki pengembalian total jangka panjang yang tidak dapat dijelaskan, lebih rendah daripada aset yang lebih bergejolak seperti saham. Akibatnya, aset bebas risiko dapat berdampak negatif pada perhitungan pengembalian yang diharapkan. Ekonom Edward C. Prescott dan Rajnish Mehra menyebut fenomena ini “teka-teki premi ekuitas”, yang sulit dipahami oleh para ekonom. Premi ekuitas adalah kelebihan pengembalian yang tersisa ketika pengembalian aset bebas risiko dikurangi dari pengembalian pasar yang diharapkan. Model ekonomi modern seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba memecahkan teka-teki premi ekuitas dengan memperkirakan pengembalian yang diharapkan dari aset bebas risiko secara berbeda dari aset berisiko. Model tersebut mempertimbangkan volatilitas aset berisiko dan sensitivitasnya terhadap perubahan di pasar.