Pembelian impulsif, juga disebut pembelian impulsif, adalah tindakan mendadak untuk membeli suatu barang tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau logika. Pembelian bisa sekecil permen atau sebesar mobil. Pembelian impulsif mungkin hanya terjadi sesekali atau menjadi kebiasaan.
Jenis pembelian impulsif yang paling umum biasanya dianggap sebagai pembelian kecil yang dilakukan di kasir. Pengecer biasanya mengisi lorong-lorong ini dengan barang-barang kecil dan murah yang cenderung ditambahkan pembeli ke pembelian pilihan mereka saat mereka mengantre menunggu untuk dibantu. Barang-barang ini umumnya termasuk permen kecil seperti permen dan permen karet serta barang-barang serba-serbi seperti kartu remi, pisau cukur sekali pakai, pena tulis, dan pita pembungkus. Para pedagang barang memilih untuk ditempatkan di lokasi ini cenderung didasarkan pada asumsi kebutuhan populasi pembelanja umum dan biaya rendah.
Skenario populer lainnya yang sering mendorong pembelian impulsif adalah meja atau rak penjualan. Pembeli sering melihat tanda yang mengiklankan barang diskon besar dan mulai memuat keranjang belanja mereka dengan barang murah. Biasanya tidak ada pemikiran sebelumnya yang diberikan untuk kebutuhan aktual akan produk, karena keputusan umumnya hanya didasarkan pada penghematan biaya yang terlibat.
Beberapa konsumen senang dengan simbol tertentu yang mereka identifikasi, seperti logo, nama selebriti, atau bendera. Contoh yang baik adalah penempatan logo tim olahraga pada item yang tidak ada hubungannya dengan olahraga atau tim. Banyak orang tertarik pada barang-barang ini dan akan membeli barang-barang yang tidak mereka gunakan hanya berdasarkan logo.
Semua jenis pembelian impulsif ini biasanya merugikan konsumen, paling buruk, sedikit rasa malu atau penyesalan begitu mereka pulang dengan pembelian mereka dan mempertimbangkan perilaku kompulsif mereka. Namun, satu jenis pembelian impulsif bisa sangat mahal dan mungkin memiliki efek merugikan jangka panjang. Ini adalah pembelian impulsif yang sering terjadi di showroom dealer mobil. Meskipun skenarionya cukup umum dan sering digambarkan di televisi dan film, konsumen tampaknya jatuh untuk itu setiap hari. Calon pembeli mobil menelusuri penawaran showroom, umumnya bertekad untuk tidak melakukan pembelian dan hanya mengumpulkan informasi. Dalam waktu yang relatif singkat, tenaga penjual yang persuasif dapat berhasil menggairahkan calon pembeli untuk melakukan pembelian di tempat. Pembeli sering meragukan keputusan tergesa-gesa dalam waktu singkat.
Studi yang sedang berlangsung tentang pembelian impulsif menunjukkan berbagai alasan untuk fenomena tersebut. Beberapa ahli menunjukkan kebutuhan manusia akan kepuasan instan sebagai penyebab perilaku tersebut. Yang lain cenderung percaya bahwa tindakan itu didasarkan pada ketakutan internal akan kehabisan komoditas seperti makanan atau minuman. Teori lain menunjukkan pembeli perlu melakukan pembelian barang yang tidak ada dalam daftar mereka untuk menggunakan hak spontanitas mereka.