Apa itu Pelecehan Psikologis?

Pelecehan psikologis adalah jenis pelecehan yang melibatkan membuat orang merasa sakit dan tertekan dalam bentuk emosional, bukan fisik. Dalam kasus pelecehan psikologis yang ekstrem, stres yang ditimbulkan oleh pelecehan tersebut sebenarnya dapat mengarah pada manifestasi gejala fisik pelecehan mulai dari kehilangan nafsu makan hingga perilaku melukai diri sendiri. Mengidentifikasi dan menangani bentuk pelecehan ini dapat menjadi tantangan karena dapat mengambil bentuk yang bervariasi dan sangat bergantung pada sifat individu yang terlibat.

Seringkali, pelecehan psikologis terjadi dalam dinamika hubungan tidak sehat yang ada dan pelaku dapat terlibat dalam kekerasan fisik juga. Ini dapat terjadi dalam situasi pengasuh, seperti yang melibatkan orang tua dan anak-anak dan pengasuh dan orang dewasa yang lebih tua atau cacat, serta dalam hubungan intim. Itu juga muncul di sekolah dan di tempat kerja dalam bentuk intimidasi dan pelecehan, dan sering terlihat dalam situasi di mana ada dinamika kekuasaan yang tidak setara.

Ada banyak bentuk pelecehan psikologis. Ini dapat mencakup pelecehan, infantalisasi, ancaman, intimidasi, isolasi, kontrol, dan upaya untuk meremehkan korban. Cara verbal dan nonverbal dapat digunakan untuk melakukan pelecehan, mulai dari membentak atau meneriaki seseorang hingga menciptakan isolasi fisik dengan menolak menyentuh korban dan mengisolasi korban dari teman dan keluarga.

Korban pelecehan psikologis dapat mengembangkan sejumlah gejala termasuk perubahan perilaku, stres, dan ketidakbahagiaan atau tekanan emosional. Beberapa mungkin menjadi kasar sendiri, seperti yang terlihat ketika anak-anak mengalami dinamika emosional yang berbahaya di rumah dan menjadi pengganggu di taman bermain. Siklus pelecehan dan kekerasan emosional dapat terjadi, dengan orang-orang yang mengalami pelecehan dan berpaling dari orang lain. Jenis pelecehan ini juga dapat meningkat dan bersifat fisik dan dapat disertai dengan penelantaran dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya.

Bagi orang-orang yang ikut campur dalam hubungan yang kasar, seperti anggota penegak hukum, konselor, dan guru, mengidentifikasi pelecehan psikologis membutuhkan sikap yang sangat tanggap dan menanggapi isyarat kecil dengan serius. Mencari pola perilaku dan perubahan cara seseorang berperilaku dengan orang lain adalah penting, seperti halnya berinteraksi langsung dengan korban dan menggunakan pertanyaan yang diutarakan dengan hati-hati untuk mengumpulkan informasi tentang situasi tersebut. Orang-orang dalam hubungan yang kasar terkadang enggan mencari bantuan atau melaporkan pelecehan tersebut karena mereka takut akan pembalasan. Akibatnya, menanyakan apakah seseorang membutuhkan bantuan seringkali tidak cukup, karena tawaran bantuan awal mungkin ditolak.